Berikutini contoh khutbah Jumat Bulan Ramadhan 1442 H. Materi khutbah bertema Hikmah dan Berkah Bulan Suci Ramadhan. Materi Khutbah Jumat ini dikutip dari laman khutbah jumat ini harapannya bisa jadi bahan referensi bagi khotib jumat pada 16 April 2021. 2 Hikmah Dibalik Perintah Berkurban. Naskah atau materi khutbah Jumat kali ini mengangkat judul tentang hikmah dibalik perintah berkurban. Kita tahu bahwa Allah telah memberi perintah kepada Umat Islam untuk berkurban. Berkurban ini sebagaimana kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintah Allah SWT untuk menyembelih putranya Nabi Ismail AS. Download 1100Hadits Adab ahklaq Al-Kisah Al-Qur'an aqidah Arba'im An Nawawi Download Fatawa Fiqih firoq Hadits Hadits Sohih Ibadah Info Kajian Islam Khutbah Jum'at Kisah Nyata Landasan Agama Muslimah Mutiara Hikmah Pendidikan Anak Puisi dan Syair renungan Romadhan Rukun Iman Shahih Bukhari Shahih Muslim Sirah Nabawiyah Syirik Tafsir Tilawah Video Maasyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah. Sesungguhnya hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Yusuf ' alaihis salam sangatlah banyak, sehingga membutuhkan waktu yang panjang untuk membahasnya. Namun, pada kesempatan ini kita hanya akan mengambil 3 pelajaran saja. Pelajaran pertama: Kehidupan ini Allah ciptakan Hariini kita berada pada Jum'at pertama bulan Muharram 1444 hijriah. Jum'at pertama di tahun 1444 hijriyah. Jum'at pertama di tahun 1444 hijriyah. Maka, sungguh segala puji hanya milik Allah, yang telah menganugerahkan umur panjang kepada kita sehingga bisa memasuki tahun baru hijriah. Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. JAKARTA, - Teks khutbah Jumat menyentuh hati mengenai kisah gagalnya ulama naik haji bisa menjadi referensi khatib dalam pelaksanaan shalat merupakan salah satu syarat sah dalam sholat Jumat yang dilakukan dua kali dipisah dengan duduk sebentar. Bagi jamaah, wajib untuk mendengarkan khutbah agar pahala ibadah shalat Jumat tidak sia-sia. Baca Juga Rasulullah SAW bersabdaإذا قلت لصاحبك يوم الجمعة أنصت والإمام يخطب فقد لغوت Baca Juga Artinya “Jika engkau berkata kepada temanmu pada hari jum’at, diam dan perhatikanlah’, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat sia-sia.” HR. Al-Bukhari [934].Sebagaimana diketahui, ibadah haji wajib bagi umat Islam yang telah memenuhi syarat. Ibadah haji diwajibkan hanya sekali seumur hidup. Dilansir dari laman Kemenag, berikut teks khutbah Jumat menyentuh hati tentang kisah ulama yang gagal naik Iالحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِي الْمَالِ حَقًّا لِلْفُقِيْرِ وَالمِسْكِيْنِ وَسَائِرِ اْلمُحْتَاجِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُMa’asyirol muslimin rahimakumullahSegala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kepada takwa. Dan kita diperintahkan untuk bertakwa kepada-Nya sebagaimana disebutkan dalam ayatيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَArtinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” QS. Ali Imran 102Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sayyid para nabi, nabi akhir zaman, rasul yang syariatnya telah sempurna, rasul yang mengajarkan perihal ibadah dengan sempurna. Ma’asyirol muslimin rahimakumullahDalam kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi dikisahkan, suatu hari seorang ulama zuhud Abdullah bin Mubarak berangkat menuju Makkah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni haji. Namun, ketika ia sampai di kota Kufah, perjalanannya terhenti beberapa saat hingga dirinya batal menunaikan ibadah haji. Editor Kastolani Marzuki Halaman 1 2 3 4 Follow Berita iNewsMaluku di Google News - Bismillaahirrahmaanirrahiim.. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُAlhamdulillah..Segala puji bagi Allah pemilik alam semesta beserta isinya. Salawat dan salam semoga tercurah untuk seorang nabi dan rasul yang paling mulia, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat. Amma ba’du ….Pada hari Jumat kita kembali dipertemukan dalam majelis khotbah salat Jumat yang insya Allah materi yang disampaikan mengenai hidup bahagia menurut Islam baik di dunia dan Jumat Singkat 2021 Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Setiap orang yang ada di dunia pasti ingin hidupnya bahagia, definisi bahagia kalau kita lihat di KBBI yakni keadaan atau perasaan senang dan tenteram bebas dari segala yang menyusahkan baik di dunia maupun di juga bisa diartikan dengan keberuntungan seseorang. Setiap orang memang berbeda-beda bahagianya, karenaya akan berbeda pula cara yang dilakukan untuk mencapai kebahagiaan Al-Qur’an kata bahagia dijelaskan dengan berbagai macam definisi, misalnya sa’adah, di mana itu artinya kebahagiaan yang kekal, atau falah yang berarti kebahagiaan tercapai dengan menemukan apa yang dicari. Jika kita berpedoman pada Al-Qur'an, seperti dikutip dari laman Muhammadiyah, maka Allah membagi orang-orang yang bahagia menjadi enam macam, yakni Orang yang khusyuk dalam salatnya. Orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna. Orang yang menunaikan zakat. Orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri atau budak yang dimilikinya. Orang yang memelihara amanah dan janji yang dipikulnya. Orang yang memelihara salatnya. Hal ini seperti Allah jelaskan dalam al-Qur’an surah Al Mu’minun ayat اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِقَدۡ اَفۡلَحَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَۙQad aflahal mu'minuun1. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,الَّذِيۡنَ هُمۡ فِىۡ صَلَاتِهِمۡ خَاشِعُوۡنَAllaziina hum fii Salaatihim khaashi'uun2. yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya,وَالَّذِيۡنَ هُمۡ عَنِ اللَّغۡوِ مُعۡرِضُوۡنَۙWallaziina hum 'anillaghwimu'riduun3. dan orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna,وَالَّذِيۡنَ هُمۡ لِلزَّكٰوةِ فَاعِلُوۡنَۙWallaziina hum liz Zakaati faa'iluun4. dan orang yang menunaikan zakat,وَالَّذِيۡنَ هُمۡ لِفُرُوۡجِهِمۡ حٰفِظُوۡنَۙWallaziina hum lifuruu jihim haafizuun5. dan orang yang memelihara kemaluannya,اِلَّا عَلٰٓى اَزۡوَاجِهِمۡ اَوۡ مَا مَلَـكَتۡ اَيۡمَانُهُمۡ فَاِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُوۡمِيۡنَ‌ۚ‏Illaa 'alaaa azwaajihim aw maa malakat aimaanuhum fa innahum ghairu maluumiin6. kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak ابۡتَغٰى وَرَآءَ ذٰ لِكَ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡعٰدُوۡنَ‌Famanib taghaa waraaa'a zaalika fa ulaaa'ika humul 'aaduun7. Tetapi barang siapa mencari di balik itu zina, dan sebagainya, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui هُمۡ لِاَمٰنٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَاعُوۡنَWallaziina hum li amaanaatihim wa 'ahdihim raa'uun8. Dan sungguh beruntung orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya,وَالَّذِيۡنَ هُمۡ عَلٰى صَلَوٰتِهِمۡ يُحَافِظُوۡنَ‌ۘWallaziina hum 'alaa Salawaatihim yuhaafizuun9. serta orang yang memelihara هُمُ الْوٰرِثُوْنUlaaa'ika humul waarisuun10. Mereka itulah orang yang akan mewarisi,الَّذِيۡنَ يَرِثُوۡنَ الۡفِرۡدَوۡسَؕ هُمۡ فِيۡهَا خٰلِدُوۡنَAllaziina yarisuunal Firdawsa hum fiihaa khaaliduun11. yakni yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalam surah lainnya Allah SWT berfirmanمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Artinya “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” QS an-Nahl 97.Baca juga Apa Misi Dakwah Nabi Muhammad dalam Menyebarkan Islam? Ayat-ayat Al-Qur'an Tentang Rendah Hati dan Makna Sikap Bertawadhu Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Imam al-Qurtubi menjelaskan dalam kitabnya Tafsir al-Qurtubi juz 10 halaman 174 bahwa terdapat beberapa tanda hidup bahagia Pertama adalah rezeki yang halal. Dengan rezeki yang halal dapat membuat hidup menjadi bahagia dan berkah, segala urusan menjadi mudah, keluarga penuh sakinah, mawaddah, dan rahmah, putra-putrinya saleh dan salehah, jiwa raga semangat untuk ibadah, harta melimpah ruah, bisa digunakan untuk haji dan umrah ke Makkah, serta ziarah Nabi Muhammad saw di Madinah, dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Kedua, qanaah, ridha dengan pemberian Allah. Seseorang yang memiliki uang banyak, jabatan yang tinggi, harta yang melimpah ruah, namun tidak memiliki sifat qanaah, ia akan selalu kurang, serakah, rakus, dan tentunya hidupnya tidak bahagia. Nabi Muhammad saw bersabda yang artinya“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi kecukupan rezeki, dan diberikan qanaah oleh Allah atas apa yang diberikan kepadanya. HR. MuslimBagaimana agar kita bisa qanaah? Baginda Rasulullah kemudian bersabda lagi dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim“Lihatlah orang yang ada di bawah kalian, jangan melihat seseorang yang ada di atas kalian, hal tersebut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah kepada kalian HR. Muslim. Ketiga, taufiquhu ilath-thâat, yakni mendapatkan pertolongan Allah untuk melakukan kebaikan, ibadah, dan taat kepada Allah Surah Muhammad Allah SWT berfirmanيٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ تَـنۡصُرُوا اللّٰهَ يَنۡصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ اَقۡدَامَكُمۡYaaa ayyuhal laziina aamanuuu in tansurul laaha yansurkum wa yusabbit aqdaamakumWahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. QS. Muhammad 7Keempat, halâwah thâât, yaitu merasakan manisnya ibadah dan taat kepada Allah Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari yang artinya “Ada tiga orang yang dapat menemukan manisnya keimanan 1 orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul dibanding selainnya, 2 orang yang mencintai seseorang karena Allah, 3 orang yang membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dimasukkan ke neraka."Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Jiwa syukur dan sabar adalah kunci yang membuat seseorang bisa bahagia. Sejatinya, kebahagiaan bukan terletak pada apa yang sudah dimiliki secara materi, melainkan pada apa yang sudah dimiliki oleh untuk kebahagiaan akhirat misalnya bisa didefinisakan seperti meninggal dalam keadaan husnul khatimah, disambut malaikat rahmat, mendapatkan ampunan dan jaminan surga, bisa berkumpul di surga, hingga mendapatkan rida dari Allah kita semua selalu mendapatkan rahmat Allah agar kita menjadi manusia yang bahagia hidup di dunia dan akhirat. Aamin allahumma Aamiin. Baca juga Cara Tetap Bahagia & Kesehatan Mental Terjaga di Tengah Pandemi Meningkatkan Imun Tubuh sekaligus Menikmati Kebahagiaan Khutbah Jumat Singkat 2021 Makna Bersabar dalam Setiap Kondisi - Sosial Budaya Penulis Dhita KoesnoEditor Addi M Idhom Khutbah I الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Hari Jumat tergolong unik dalam Islam. Dari segi penamaan, pilihan nama “Jumat” berbeda dari nama-nama hari lainnya. Kata “Jumat “ Qamus Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Ma'ashir dapat dibaca dalam tiga bentuk Jumu'ah, Jum'ah, dan Juma'ah, yang berarti berkumpul. Sementara hari-hari lain memiliki makna yang mirip dengan urutan angka hari dalam sepekan Ahad hari pertama, Isnain hari kedua, tsulatsa hari ketiga, arbi’a hari keempat dan khamis hari kelima, serta sabt yang berakar kata dari sab’ah hari ketujuh. Pada masa Arab Jahiliyah nama-nama hari terdiri dari Syiyar Sabtu, Awwal Ahad, Ahwan Senin, Jubar Selasa, Dubar Rabu, Mu’nis Kamis, dan Arubah Jumat. Nama-nama tersebut kemudian diubah dengan datangnya Islam. Rasulullah tidak hanya melakukan revolusi moral tapi juga revolusi bahasa. Kata-kata dianggap kurang tepat dimaknai ulang sehingga sesuai dengan nilai-nilai Islam. Di kalangan masyarakat Arab Jahiliyah, Arubah merupakan momentum untuk menampilkan kepongahan, kebanggaan, berhias, dan semacamnya. Dalam Islam Arubah berubah menjadi Jumuah yang mengandung arti berkumpul. Tentu saja lebih dari sekadar berkumpul, karena dalam syari’at, Jumat mendapatkan julukan sayyidul ayyâm atau rajanya hari. Dengan kata lain, Jumat menduduki posisi paling utama di antara hari-hari lainnya dalam sepekan. Al-Imam al-Syafi’i dan al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Sa’ad bin Ubadah sebuah hadits سَيِّدُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وَهُوَ أَعْظَمُ مِنْ يَوْمِ النَّحَرِ وَيَوْمُ الْفِطْرِ وَفِيْهِ خَمْسُ خِصَالٍ فِيْهِ خَلَقَ اللهُ آدَمَ وَفِيْهِ أُهْبِطَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَى الْأَرْضِ وَفِيْهِ تُوُفِّيَ وَفِيْهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ الْعَبْدُ فِيْهَا اللهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ إِثْمًا أَوْ قَطِيْعَةَ رَحِمٍ وَفِيْهِ تَقُوْمُ السَّاعَةُ وَمَا مِنْ مَلَكٍ مُقّرَّبٍ وَلَا سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيْحٍ وَلَا جَبَلٍ وَلَا حَجَرٍ إِلَّا وَهُوَ مُشْفِقٌ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ “Rajanya hari di sisi Allah adalah hari Jumat. Ia lebih agung dari pada hari raya kurban dan hari raya Fithri. Di dalam Jumat terdapat lima keutamaan. Pada hari Jumat Allah menciptakan Nabi Adam dan mengeluarkannya dari surga ke bumi. Pada hari Jumat pula Nabi Adam wafat. Di dalam hari Jumat terdapat waktu yang tiada seorang hamba meminta sesuatu di dalamnya kecuali Allah mengabulkan permintaannya, selama tidak meminta dosa atau memutus tali shilaturrahim. Hari kiamat juga terjadi di hari Jumat. Tiada Malaikat yang didekatkan di sisi Allah, langit, bumi, angin, gunung dan batu kecuali ia khawatir terjadinya kiamat saat hari Jumat.” Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Di antara kita kadang lupa, tak merasakan, keutamaan hari Jumat karena tertimbun oleh rutinitas sehari-hari. Kesibukan yang melingkupi kita tiap hari sering membuat kita lengah sehingga menyamakan hari Jumat tak ubahnya hari-hari biasa lainnya. Padahal, di tiap tahun ada bulan-bulan utama, di tiap bulan ada hari-hari utama, dan di tiap hari ada waktu-waktu utama. Masing-masing keutamaan memiliki kekhususan sehingga menjadi momentum yang sangat baik untuk merenungi diri, berdoa, bermunajat, berdzikir, dan meningkatkan ibadah kepada Allah ﷻ. Keistimewaan hari Jumat bisa dilihat dari disunnahkannya mandi Jumat. Dalam Al-Hawi Kabir karya al-Mawardi, Imam Syafi’i menjelaskan bahwa kendati shalat Jumat dilaksanakan pada waktu shalat dhuhur, mandi Jumat boleh dilakukan semenjak dini hari, setelah terbit fajar. Mandi adalah simbol kebersihan dan kesucian diri. Setelah mandi, seseorang dianjurkan untuk memakai pakaian terbaik, terutama warna putih, sebelum berangkat menuju shalat Jumat. Dalam hal ini, umat Islam diperingatkan untuk menyambut hari istimewa itu dengan kesiapan dan penampilan yang juga istimewa. Dalam Bidâyatul Hidâyah, Imam Abu Hamid al-Ghazali menyebut hari Jumat sebagai hari raya kaum mukmin îdul mu’minîn. Imam al-Ghazali bahkan menyarankan agar umat Islam mempersiapkan diri menyambut hari Jumat sejak hari Kamis, dimulai dengan mencuci baju, lalu memperbanyak membaca tasbih dan istighfar pada Kamis petang karena saat-saat tersebut sudah memasuki waktu keutamaan hari Jumat. Selanjutnya, kata Imam al-Ghazali, berniatlah puasa hari Jumat sebagai rangkaian dari puasa tiga hari berturut-turut Kamis-Jumat-Sabtu, sebab ada larangan puasa khusus hari Jumat saja. Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Hari Jumat juga menjadi semacam konferensi mingguan bagi umat Islam, karena di hari Jumatlah ada shalat berjamaah dan khutbah Jumat. Setiap umat Islam laki-laki yang tak memiliki uzur syar’I wajib ain melaksanakannya. Artinya, lebih dari sebatas berkumpul, Jumat adalah momen konsolidasi persatuan umat sekaligus memupuk ketakwaan melalui nasihat-nasihat positif dari sang khatib. Tentu keutamaan ini bersamaan dengan asumsi bahwa jamaah melaksanakan shalat Jumat dengan kesungguhan penuh, menyimak khutbah secara baik, bukan cuma rutinitas sekali sepekan untuk sekadar menggugurkan kewajiban. Amalan-amalan utama hari Jumat juga bertebaran. Di antaranya adalah memperbanyak baca shalawat, memperbanyak doa, bersedekah; membaca Surat al-Kahfi, Surat al-Ikhlas, Surat al-Falaq, dan Surat an-Nas, serta ibadah-ibadah lainnya. Masing-masing amalan memiliki fadhilah yang luar biasa. Imam as-Suyuthi dalam kitabnya, Amal Yaum wa Lailah, mengatakan ويقرأ بعد الجمعة قبل أن يتكلم الإخلاص والمعوذتين سبعا سبعا. ويكثر من الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم سوم الجمعة وليلة راتبة الجمعة التي بعدها في بيته لا في المسجد. وما ذا يفعل بعدها؟ ويمشى بعدها لزيارة أخ أو عيادة مريض أو حضور جنازة أو عقد نكاح “Nabi ﷺ membaca Surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas usai shalat Jumat sebanyak tujuh kali dan beliau juga memperbanyak shalawat pada hari Jumat dan malamnya. Ia juga mengerjakan shalat sunah setelah shalat Jumat di rumahnya, tidak di masjid. Setalah itu apa yang dilakukan Nabi SAW? Beliau mengunjungi saudaranya, menjenguk orang sakit, menghadiri jenazah bertakziah, atau menghadiri akad nikah.” Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Dengan demikian, umat Islam seolah diajak untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari khusus untuk memperbanyak ibadah. Tidak jarang, Jumat dijadikan oleh para ulama untuk mengistirahatkan diri sejenak dari hiruk-pikuk kesibukan duniawi, untuk mengkhususkan diri beramal saleh di hari Jumat. Sebagaimana dilakukan Rasulullah, hari Jumat bukan semata untuk meningkatkan ritual ibadah kepada Allah tapi juga berbuat baik kepada sesama, seperti bersilaturahim, berempati kepada orang yang kena musibah, dan lain-lain. Karena itu pula dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Qadla’i dan ibnu Asakir dari Ibnu Abbas disebutkan الجمعة حج الفقراء “Jumat adalah hajinya orang-orang fakir.” Hadits tersebut adalah penegasan tentang betapa istimewanya hari Jumat dibanding hari-hari biasa lainnya. Karena itu patut bagi kita untuk meluangkan waktu sejenak untuk berkontemplasi muhasabah, menaikkan kualitas ibadah kepada Allah, memperbaiki hubungan sosial, serta memperbanyak amal-amal sunnah lainnya. Cukuplah enam hari kita sibuk dan larut dalam kesibukan duniawi. Apa salahnya menyisihkan satu hari untuk menyegarkan kondisi rohani kita agar tidak layu, kering, atau bahkan mati. Semoga khatib al-faqir dan jamaah sekalian dapat melaksanakan anjuran ini dengan sungguh-sungguh dan penuh kesadaran diri. بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Alif Budi Luhur Dua kisah ini patut dipelajari agar kita punya prinsip berakidah yang benar, bagaimanakah bersikap loyal dan tidak loyal pada muslim dan non-muslim. Khutbah Pertama الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Amma ba’du … Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah … Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa kepada-Nya. Prinsip bertakwa yang penting adalah menjalankan Islam dengan benar. Islam itu sebagaimana kata para ulama, “Berserah diri kepada Allah dengan tauhid, patuh dengan melakukan ketaatan, serta berlepas diri dari syirik dan pelaku kesyirikan.” Pada hari Jumat yang penuh berkah ini, kita diperintahkan bershalawat kepada Nabi akhir zaman, Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga, para sahabat, serta pengikut setia beliau hingga akhir zaman. Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah … Dalam Khutbah Jumat di Masjid Suciati Saliman kali ini, kami akan menceritakan dua kisah. Dua kisah ini akan mengajarkan pada kita bagaimanakah kita diajarkan loyal dan cinta kepada sesama muslim dan bagaimanakah bersikap kepada non-muslim. Kisah pertama … Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia menceritakan, “Ada seseorang yang mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan lapar, lalu beliau shallallahu alaihi wa sallam mengirim utusan ke para istri beliau shallallahu alaihi wa sallam. Para istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali air”. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Siapakah di antara kalian yang ingin menjamu orang ini?” Salah seorang kaum Anshar berseru, “Saya.” Lalu orang Anshar ini membawa lelaki tadi ke rumah istrinya, dan ia berkata, “Muliakanlah tamu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam!” Istrinya menjawab, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali jatah makanan untuk anak-anak.” Orang Anshar itu berkata, “Siapkanlah makananmu itu! Nyalakanlah lampu, dan tidurkanlah anak-anak kalau mereka minta makan malam!” Kemudian, wanita itu pun menyiapkan makanan, menyalakan lampu, dan menidurkan anak-anaknya. Dia lalu bangkit, seakan-akan hendak memperbaiki lampu dan memadamkannya. Kedua suami-istri ini memperlihatkan seolah-olah mereka sedang makan. Setelah itu mereka tidur dalam keadaan lapar. Keesokan harinya, sang suami datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau shallallahu alaihi wa sallam lantas bersabda, ضَحِكَ اللَّهُ اللَّيْلَةَ أَوْ عَجِبَ مِنْ فَعَالِكُمَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمْ الْمُفْلِحُونَ “Malam ini Allah tertawa atau takjub dengan perilaku kalian berdua. Lalu Allah menurunkan ayat yang artinya, “Dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” QS. Al-Hasyr 9. HR Bukhari, no. 3798. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan nama orang Anshar yang melayani tamu tersebut adalah Abu Thalhah radhiyallahu anhu. Istri Abu Thalhah adalah Ummu Sulaim radhiyallahu anha Rumaysho atau Rumaisha. Kisah kedua … Sa’ad bin Malik radhiyallahu anhu membicarakan tentang ayat berikut ini, وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖوَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” QS. Luqman 15 Sa’ad bin Malik radhiyallahu anhu menyatakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan masalahnya. Ia katakan bahwa ia adalah anak yang sangat berbakti pada ibunya. Ketika ia masuk Islam, ibunya berkata, “Wahai Sa’ad apa lagi ajaran baru yang kamu anut?” Ibunya melanjutkan, “Engkau mau tinggalkan agama baru yang kamu anut ataukah ibumu ini tidak makan dan tidak minum sampai meninggal dunia?” Maka ibu Sa’ad terus mencelanya karena keislamannya. Ada yang menegur Sa’ad, “Apa kamu tega mau membunuh ibumu?” Lantas Sa’ad berkata, “Ibuku jangalah lakukan seperti itu. Aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku ini sama sekali.” Ibu Sa’ad terus berdiam sehari semalam, tanpa makan. Datang keesokan paginya, ibunya terus memaksa Sa’ad. Datang hari berikutnya pun tetap sama, ibunya terus memaksa. Ketika itu Sa’ad melihat keadaan ibunya lantas ia berkata, “Wahai ibu, andai engkau memiliki seratus nyawa, lalu nyawa tersebut keluar satu per satu, tetap aku tidak akan meninggalkan agamaku sedikit pun juga. Jika mau, silakan makan. Jika mau, silakan tidak makan.” Akhirnya ibunya pun makan. HR. Thabrani dalam Kitab Al-Isyrah. Syaikh Musthafa Al-Adawi dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 1161 mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Apa pelajaran dari dua kisah tersebut? Kisah pertama mengajarkan bagaimanakah kita mestinya mencintai sesama muslim, walau sampai mesti mengorbankan yang kita miliki padahal kita butuh inilah yang disebut itsar. Ada hadits yang bisa jadi pelajaran pula, dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman dengan iman sempurna sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45. Jika prinsip dalam hadits ini mau dijalankan berarti Kita berusaha tidak hasad pada orang lain, tidak benci pada nikmat yang ada pada orang lain. Kita senang ketika saudara kita mendapatkan nikmat dan kebahagiaan. Kita turut sedih ketika ia mendapatkan musibah, bukan malah senang ketika ia dapati derita. Kisah kedua mengajarkan kita tidak loyal pada non-muslim, tidak mendukung agamanya. Sikap ini berlaku meskipun non-muslim tersebut adalah kerabat dekat kita, bahkan sampai orang tua kita. Ketika mereka mengajak ikut agamanya, kita tidak ikuti. Ketika mereka mengajak dukung agamanya, kita tidak turut dukung. Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – لَمْ يَكُنْ يَتْرُكُ فِى بَيْتِهِ شَيْئًا فِيهِ تَصَالِيبُ إِلاَّ نَقَضَهُ “Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidaklah meninggalkan salib di rumahnya melainkan beliau menghapusnya.” HR. Bukhari no. 5952. Kenapa diperintahkan untuk menghapus salib? Karena salib adalah simbol agama mereka. Coba kita lihat bagaimana kisah Adi bin Hatim ketika disuruh melepas salib yang ia kenakan karena ia baru saja masuk Islam. Adi bin Hatim pernah berkata bahwa beliau pernah mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan di lehernya terdapat salib dari emas. Lantas Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, يَا عَدِىُّ اطْرَحْ عَنْكَ هَذَا الْوَثَنَ “Wahai Adi buanglah berhala yang ada di lehermu.” HR. Tirmidzi no. 3095, hasan menurut Syaikh Al Albani Ingatlah Islam punya prinsip, لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” QS. Al-Kafirun 6. Artinya kita biarkan mereka beragama tanpa kita ganggu dan tanpa kita dukung. Termasuk pula tak perlu meniru-niru apa yang mereka rayakan seperti pada perayaan Natal dan Tahun Baru, karena kedua moment bukanlah dari Islam. Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” HR. Ahmad, 250 dan Abu Daud, no. 4031. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah untuk berakidah yang benar. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ Khutbah Kedua أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَمَّا بَعْدُ فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِى دِينِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ — Oleh Muhammad Abduh Tuasikal, Khutbah Jumat Masjid Suciati Saliman Sleman, DIY Jumat Kliwon, 13 Rabi’ul Akhir 1440 H 21 Desember 2018 Artikel By Selasa, 24 Mei 2022 pukul 217 pmTerakhir diperbaharui Jumat, 27 Mei 2022 pukul 932 amTautan Kisah-Kisah Penuh Hikmah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Furqan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 22 Syawal 1443 H / 23 Mei 2022 M. Kajian sebelumnya Faedah-Faedah Kisah Luqman Al-Hakim Ceramah Agama Islam Tentang Kisah-Kisah Penuh Hikmah Hikmah adalah karunia Allah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada siapa yang Allah kehendaki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا “Dan barangsiapa yang diberikan hikmah, maka sesungguhnya dia telah diberikan kebaikan yang besar.” QS. Al-Baqarah[2] 269 Luqman Al-Hakim adalah seorang manusia yang dipandang biasa saja oleh manusia yang lain, bahkan hanya dianggap sebagai pengembala kambing. Tapi beliau Allah angkat derajatnya karena Allah berikan Al-Hikmah. Ada seorang laki-laki yang melewati Luqman kemudian manusia berkumpul disisi Luqman untuk mengambil hikmahnya. Laki-laki tersebut bertanya kepada Luqman “Bukankah engkau budaknya Bani Fulan?” Kemudian Luqman berkata “Iya.” Laki-laki tersebut bertanya “Bukankah engkau yang menggembala di gunung ini?” Kemudian Luqman berkata “Iya.” Orang itu bertanya lagi “Apa yang membuat engkau menduduki derajat seperti ini?” Kemudian beliau menjawab “Dengan bertakwa kepada Allah, jujur dalam berbicara, menunaikan amanah dan tidak berbicara tentang hal yang tidak bermanfaat bagi diriku.” Dengan ini Luqman disebut dengan Al-Hakim. Dengan ini beliau dianugerahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala Al-Hikmah. Dan Al-Qur’an serta hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam semuanya mengandung hikmah. Oleh karena itu kalau kita ingin mendapatkan hikmah, maka hendaknya kita kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah. Kisah Abdullah bin Ubay bin Salul Contoh hikmah yang lain adalah ketika Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang sahabat membunuh Abdullah bin Ubay bin Salul kepalanya kaum munafik. Dari Jabir Radhiyallahu Anhu, dia berkata bahwa ketika terjadi perselisihan antara seorang dari kalangan Muhajirin dan seorang dari kalangan Anshar, kemudian setiap satu dari orang tersebut memanggil jamaahnya. Ibnu Salul berkata “Apakah dia telah memanggil kami? Apabila kami pulang ke Madinah niscaya orang yang paling mulia akan mengusir orang yang hina.” Maksudnya yang mulia adalah dia dan yang hina adalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini adalah perkataan yang mungkar. Umar Radhiyallahu Anhu berkata “Tidakkah kita bunuh Ibnu Salul ini?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata لا يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أنَّه كانَ يَقْتُلُ أصْحَابَهُ “Tidak, supaya manusia tidak berbicara bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam membunuh sahabatnya.” Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak membolehkan Umar bin Khattab membunuh Ibnu Salul karena khawatir manusia berbicara tidak benar tentang Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Jika ini terjadi tentu mudharatnya lebih besar lagi. Inilah hikmah yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Seandainya manusia berbicara bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam membunuh sahabatnya, maka ini akan menghalangi manusia masuk Islam. Padahal perkataan Ibnu Salul adalah perkataan yang sangat mungkar. Tapi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menahan diri. Perjanjian Hudaibiyah Contoh hikmah yang lain adalah ketika perjanjian Hudaibiyah yang terjadi pada tahun 6 H. Dimana Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ingin melaksanakan umrah. Disaat itu kaum muslimin sedikit. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta para sahabat berangkat menggunakan kain ihram dari Dzul Hulaifah ke Mekah. Sampai di Hudaibiyah mereka dihadang. Suhail bin Amr utusan Quraisy ingin agar Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengalah untuk sebagian hal. Dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam merasa heran. Dan sahabat bisa saja melakukan sesuatu apabila Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkannya. Ketika Suhail bin Amr datang, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam optimis. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata لقَدْ سَهُلَ لَكُمْ مِن أمْرِكُمْ “Perkara kalian akan mudah.” Isi perjanjian Hudaibiyah jika dilihat secara kasat mata terlihat merugikan kaum muslimin. Lalu bagaimana hikmah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika mengalah dalam perjanjian ini? Mari Download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini. Download MP3 Kajian Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Mari turut membagikan link download kajian yang penuh manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook

khutbah jumat kisah penuh hikmah