Rahwanadengan Sinta. Ketulusan cintalah yang menggerakkan Rahwana menculik istri dari Rama. (Wargaloka/Afgha Mulia) Prabu Dasamuka atau yang juga dikenal sebagai Rahwana, Raja Alengka selalu dikenang sebagai penjahat dan Rama-lah pahlawannya. Semua orang mengutukinya dan memuji-muji Rama yang terlalu tampan.
Berikutini kisah cinta rama dan dewi Sinta per segmen Segmen 1 Cerita dimulai dari Rama dan Sinta yang sedang asyik bermain di hutan, tiba-tiba datang seekor kijang emas (jelmaan dari pembantu raja Rahwana yang ditugaskan untuk memancing Rama untuk memburunya).
SejarahAsal Usul Parasurama Dalam Mahabharata. Kisah Asal Usul Wibisana Dalam Ramayana. Suara tangisan Dewi Shinta terdengar oleh seekor burung tua bernama Jatayu, yang bersahabat dengan Dasarata ayah Rama. Jatayu menyerang Rahwana namun ia justru mengalami kekalahan dan terluka parah. Sita tetap dibawa kabur oleh Rahwana namun ia sempat
Ramadigambarkan sebagai sosok pahlawan, sedangkan Rahwana adalah tokoh jahat. Rahwana menculik Shinta untuk balas dendam. Namun dalam sebuah kisah yang beredar viral baru-baru ini, digambarkan
Nasibmalang menimpa pasangan muda tersebut, melalui sebuah intrik yang licik, Rama dan Shinta justeru terusir dari Ayodya, ibukota Kosala, dibuang ke hutan rimba selama empat belas tahun. Barata, adik tirinya menjadi raja, dan Raja Kosala yang menyesali situasi meninggal dalam kesedihan panjang.
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Dikisahkan di sebuah negeri bernama Mantili ada seorang puteri nan cantik jelita bernama Dewi Shinta. Dia seorang puteri raja negeri Mantili yaitu Prabu Janaka. Suatu hari sang Prabu mengadakan sayembara untuk mendapatkan sang Pangeran bagi puteri tercintanya yaitu Shinta, dan akhirnya sayembara mencabut busur panah dewa wisnu itu dimenangkan oleh Putera Mahkota Kerajaan Ayodya, yang bernama Raden Rama Wijaya. Namun dalam kisah ini ada juga seorang raja Alengkadiraja yaitu Prabu Rahwana, yang juga sedang kasmaran, namun bukan kepada Dewi Shinta tetapi dia ingin memperistri Dewi Sri. Dari penglihatan Rahwana, Shinta dianggap sebagai titisan Dewi Sri yang selama ini diimpikannya. Dalam sebuah perjalanan Rama dan Shinta dan disertai Lesmana adiknya, sedang melewati hutan belantara yang dinamakan hutan Dandaka, si raksasa Prabu Rahwana mengintai mereka bertiga, khususnya Shinta. Rahwana ingin menculik Shinta untuk dibawa ke istananya dan dijadikan istri, dengan siasatnya Rahwana mengubah seorang hambanya bernama Marica menjadi seekor kijang kencana. Dengan tujuan memancing Rama pergi memburu kijang jadi-jadian' itu, karena Dewi Shinta menginginkannya. Dan memang benar setelah melihat keelokan kijang tersebut, Shinta meminta Rama untuk menangkapnya. Karena permintaan sang istri tercinta maka Rama berusaha mengejar kijang seorang diri sedang Shinta dan Lesmana menunggui. Dalam waktu sudah cukup lama ditinggal berburu, Shinta mulai mencemaskan Rama, maka meminta Lesmana untuk mencarinya. Sebelum meninggalkan Shinta seorang diri Lesmana tidak lupa membuat perlindungan guna menjaga keselamatan Shinta yaitu dengan membuat lingkaran magis. Dengan lingkaran ini Shinta tidak boleh mengeluarkan sedikitpun anggota badannya agar tetap terjamin keselamatannya, jadi Shinta hanya boleh bergerak-gerak sebatas lingkaran tersebut. Setelah kepergian Lesmana, Rahwana mulai beraksi untuk menculik, namun usahanya gagal karena ada lingkaran magis tersebut. Rahwana mulai cari siasat lagi, caranya ia menyamar yaitu dengan mengubah diri menjadi seorang pertapa bernama brahmana tua dan bertujuan mengambil hati Shinta untuk memberi sedekah. Ternyata siasatnya berhasil membuat Shinta mengulurkan tangannya untuk memberi sedekah, secara tidak sadar Shinta telah melanggar ketentuan lingkaran magis yaitu tidak diijinkan mengeluarkan anggota tubuh sedikitpun! Saat itu juga Rahwana tanpa ingin kehilangan kesempatan ia menangkap tangan dan menarik Shinta keluar dari lingkaran. Selanjutnya oleh Rahwana, Shinta dibawa pulang ke istananya di Alengka. Saat dalam perjalanan pulang itu terjadi pertempuran dengan seekor burung Garuda yang bernama Jatayu yang hendak menolong Dewi Shinta. Jatayu dapat mengenali Shinta sebagai puteri dari Janaka yang merupakan teman baiknya, namun dalam pertempuan itu Jatayu dapat dikalahkan Rahwana. Disaat yang sama Rama terus memburu kijang kencana dan akhirnya Rama berhasil memanahnya, namun kijang itu berubah kembali menjadi raksasa. Dalam wujud sebenarnya Marica mengadakan perlawanan pada Rama sehingga terjadilah pertempuran antar keduanya, dan pada akhirnya Rama berhasil memanah si raksasa. Pada saat yang bersamaan Lesmana berhasil menemukan Rama dan mereka berdua kembali ke tempat semula dimana Shinta ditinggal sendirian, namun sesampainya Shinta tidak ditemukan. Selanjutnya mereka berdua berusaha mencarinya dan bertemu Jatayu yang luka parah, Rama mencurigai Jatayu yang menculik dan dengan penuh emosi ia hendak membunuhnya tapi berhasil dicegah oleh Lesmana. Dari keterangan Jatayu mereka mengetahui bahwa yang menculik Shinta adalah Rahwana! Setelah menceritakan semuanya akhirnya si burung garuda ini meninggal. Mereka berdua memutuskan untuk melakukan perjalanan ke istana Rahwana dan ditengah jalan mereka bertemu dengan seekor kera putih bernama Hanuman yang sedang mencari para satria guna mengalahkan Subali. Subali adalah kakak dari Sugriwa paman dari Hanuman, Sang kakak merebut kekasih adiknya yaitu Dewi Tara. Singkat cerita Rama bersedia membantu mengalahkan Subali, dan akhirnya usaha itu berhasil dengan kembalinya Dewi Tara menjadi istri Sugriwa. Pada kesempatan itu pula Rama menceritakan perjalanannya akan dilanjutkan bersama Lesmana untuk mencari Dewi Shinta sang istri yang diculik Rahwana di istana Alengka. Karena merasa berutang budi pada Rama maka Sugriwa menawarkan bantuannya dalam menemukan kembali Shinta, yaitu dimulai dengan mengutus Hanuman persi ke istana Alengka mencari tahu Rahwana menyembunyikan Shinta dan mengetahui kekuatan pasukan Rahwana. Taman Argasoka adalah taman kerajaan Alengka tempat dimana Shinta menghabiskan hari-hari penantiannya dijemput kembali oleh sang suami. Dalam Argasoka Shinta ditemani oleh Trijata kemenakan Rahwana, selain itu juga berusaha membujuk Shinta untuk bersedia menjadi istri Rahwana. Karena sudah beberapa kali Rahwana meminta dan memaksa' Shinta menjadi istrinya tetapi ditolak, sampai-sampai Rahwana habis kesabarannya yaitu ingin membunuh Shinta namun dapat dicegah oleh Trijata. Di dalam kesedihan Shinta di taman Argasoka ia mendengar sebuah lantunan lagu oleh seekor kera putih yaitu Hanuman yang sedang mengintainya. Setelah kehadirannya diketahui Shinta, segera Hanuman menghadap untuk menyampaikan maksud kehadirannya sebagai utusan Rama. Setelah selesai menyampaikan maskudnya Hanuman segera ingin mengetahui kekuatan kerajaan Alengka. Caranya dengan membuat keonaran yaitu merusak keindahan taman, dan akhirnya Hanuman tertangkap oleh Indrajid putera Rahwana dan kemudian dibawa ke Rahwana. Karena marahnya Hanuman akan dibunuh tetapi dicegah oleh Kumbakarna adiknya, karena dianggap menentang, maka Kumbakarna diusir dari kerjaan Alengka. Tapi akhirnya Hanuman tetap dijatuhi hukuman yaitu dengan dibakar hidup-hidup, tetapi bukannya mati tetapi Hanuman membakar kerajaan Alengka dan berhasil meloloskan diri. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman menceritakan semua kejadian dan kondisi Alengka kepada Rama. Setelah adanya laporan itu, maka Rama memutuskan untuk berangkat menyerang kerajaan Alengka dan diikuti pula pasukan kera pimpinan Hanuman. Setibanya di istana Rahwana terjadi peperangan, dimana awalnya pihak Alengka dipimpin oleh Indrajid. Dalam pertempuran ini Indrajid dapat dikalahkan dengan gugurnya Indrajit. Alengka terdesak oleh bala tentara Rama, maka Kumbakarna raksasa yang bijaksana diminta oleh Rahwana menjadi senopati perang. Kumbakarna menyanggupi tetapi bukannya untuk membela kakaknya yang angkara murka, namun demi untuk membela bangsa dan negara pertempuran ini pula Kumbakarna dapat dikalahkan dan gugur sebagai pahlawan bangsanya. Dengan gugurnya sang adik, akhirnya Rahwana menghadapi sendiri Rama. Pad akhir pertempuran ini Rahwana juga dapat dikalahkan seluruh pasukan pimpinan Rama. Rahmana mati kena panah pusaka Rama dan dihimpit gunung Sumawana yang dibawa Hanuman. Setelah semua pertempuran yang dasyat itu dengan kekalahan dipihak Alengka maka Rama dengan bebas dapat memasuki istana dan mencari sang istri tercinta. Dengan diantar oleh Hanuman menuju ke taman Argasoka menemui Shinta, akan tetapi Rama menolak karena menganggap Shinta telah ternoda selama Shinta berada di kerajaan Alengka. Maka Rama meminta bukti kesuciannya, yaitu dengan melakukan bakar diri. Karena kebenaran kesucian Shinta dan pertolongan Dewa Api, Shinta selamat dari api. Dengan demikian terbuktilah bahwa Shinta masih suci dan akhirnya Rama menerima kembali Shinta dengan perasaan haru dan bahagia. Dan akhinya mereka kembali ke istana Ayodya dan memimpin Negara itu.
Ramayana adalah kisah tentang Rama dan Shinta dengan Rahwana sebagai tokoh antagonis. Namun, akhir-akhir ini saya berpikir bagaimana jika kisah ini membuat Rahwana sebagai tokoh protagonis dan Rama sebagi tokoh antagonis. Jadi, begini ceritanya… Rahwana adalah sesosok raksasa nan buruk rupa dengan buruk laku pula. Suatu hari ia mendengar kabar tentang sosok Shinta yang jelita, penasaran Rahwana pun mendatangi negeri Wideha untuk melihat sosok Shinta yang termasyhur budi dan elok parasnya. Sampai disana ternyata sang raja mengumumkan sayembara mengangkat busur dewa untuk menikahi putrinya, Shinta. Rahwana pun mengikuti sayembara tersebut, namun Shinta yang telah jatuh hati pada seorang pria tak ingin Rahwana memenangkan sayembara tersebut, maka ia berdoa yang didengar oleh ibu asuhnya agar tak ada siapapun yang bisa mengangkat busur ayahnya kecuali pria yang ia cintai. Maka ditukarlah busur tersebut dengan busur lain yang sangat berat oleh pelayan atas suruhan ibu asuh Shinta, demi mendengar doa putri yang sangat ia sayangi. Rahwana yang telah jatuh hati pada kecantikan Shinta berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat busur tersebut namun sia-sia. Diluar dari sayembara ia berusaha untuk mendekati Shinta namun selalu ditolak, karena Shinta tak suka pada perawakan Rahwana yang menyeramkan. Hingga beberapa hari kemudian ada seorang pria yang mampu mengangkat busur dewa tersebut, dialah Rama, pria yang dicintai Shinta. Rahwana yang tak terima pada kenyataan bahwa ada manusia biasa yang sanggup mengangkat busur tersebut pun menyelidiki tentang kelebihan Rama. Dalam penyelidikannya terungkaplah bahwa busur itu telah diganti, sehingga tak ada seorangpun yang mampu mengangkatnya, dan kemudian ditukar kembali saat Rama hendak mengangkatnya. Rahwana patah hati, mengetahui bahwa Shinta berlaku tak adil dan Rama yang ternyata tak lebih hebat dari dirinya. Kembali ke Alengka, Rahwana mulai berubah ia bertapa agar memiliki welas asih dan wajah yang rupawan, semua demi dapat dipandang oleh Shinta. Berkali ia datang ke Ayodhia dalam wujud manusia, hanya untuk mengetahui keadaan Shinta di kerajaan suaminya, untuk memastikan ia bahagia. Hingga hari itu tiba, pengusiran Rama oleh ibu tirinya, Shinta yang setia menemani Rama hidup sederhana di dalam hutan pengasingan. Rahwana mendengar kabar itu seperti disayat hatinya. Ia tak bisa menerima kenyataan bahwa pujaan hatinya harus hidup menderita terusir dari istana. Ia marah terhadap Rama yang menurutnya gagal membahagiakan Shinta. Jika ia menjadi Rama maka ia akan melakukan segala cara agar wanita yang dicintainya tak perlu hidup susah, meski itu harus berperang dengan saudara sendiri demi memperebutkan tahta. Karena baginya kebahagiaan Shinta adalah tujuan hidupnya yang utama. Maka Rahwana pun berniat pergi menuju hutan tempat pengasingan Rama dan Shinta, ia ingin membujuk Shinta untuk tinggal bersamanya di Alengka di dalam taman Asoka, taman yang dibuatnya secantik dan seindah mungkin hanya untuk Shinta di saat ia mempersiapkan segalanya untuk meminang Shinta ia memerintahkan tukang kebun dan para arsitek terbaik untuk membuat taman Asoka agar Shinta dapat merasa bahagia tinggal di Alengka. Tetapi Rahwana sadar jika Shinta terlalu mencintai Rama, meski ia menawarkan perhiasan dan istana termegah sekalipun Shinta tak akan meninggalkan Rama. Adiknya, Surpanaka, yang terpikat pada Rama, lantas mencoba mengambil keuntungan. Surpanaka tahu bahwa kakaknya sangat mencintai Shinta dan berjiwa ksatria, Rahwana tak kan pernah mengambil Shinta dari Rama dengan paksa. Maka Surpanaka mencoba memisahkan Rama dengan Shinta, ia berubah menjadi kijang dan mendekati Shinta selama berhari-hari hingga Shinta jatuh sayang terhadapnya. Maka benar saja, ketika Surpanaka dalam bentuk kijang lari, Shinta meminta Rama untuk mengejar kijang tersebut. Laksmana yang ditugaskan untuk menjaga Shinta pun disuruh Shinta mengejar Rama. Melihat Shinta yang sendirian Rahwana, yang tak tahu bahwa ini siasat adiknya, merasa dewa telah mengabulkan tapa dan doanya. Ia lalu berubah menjadi seorang brahmana tua, karena tahu bahwa Shinta pasti akan menolak jika ia datang dalam wujud raksasanya. Ia meminta Shinta untuk ikut bersamanya, karena sendirian di hutan tak aman bagi wanita sepertinya. Namun Shinta menolak, Rahwana yang sadar bahwa hutan tempat pengasingan ini merupakan wilayah raksasa tak sanggup membayangkan Shinta dimakan oleh para raksasa tersebut tanpa perlindungan Rama maupun Laksamana, memutuskan untuk tetap membawa Shinta ke Alengka meski ia menolak karena menurutnya di Alengka Shinta akan aman dalam lindungannya dalam hati Rahwana berdoa agar dewa memaafkannya. Di tempat lain, Surpanaka dalam wujud manusia cantik menggoda Rama yang sedang mencari kijang, namun ia ditolak karena Rama ingin setia pada Shinta. Tak berapa lama datang Laksmana, kali ini Surpanaka menggoda Laksmana namun sekali lagi ia ditolak. Laksmana beralasan ingin mengabdi pada kakaknya dan tak ingin mencari istri. Kesal dengan penolakan kakak dan adik tersebut, Surpanaka lalu mengatakan bahwa selama mereka pergi, Rahwana telah menculik Shinta, sehingga Rama tak perlu lagi bersikap setia, karena Rahwana sangat mencintai Shinta dan akan menikahinya. Mendengar hal ini Rama yang marah menyalahkan Laksmana yang pergi meninggalkan Shinta. Laksmana yang tak ingin kakaknya kecewa memotong hidung dan telinga Surpanaka dan menyuruhnya pergi karena ia tak ingin membunuhnya. Di istana Alengka, Shinta ditempatkan dalam taman Asoka dengan seratus pelayan yang selalu siap melayaninya, disediakan baju-baju cantik dan perhiasan mewah serta makanan yang berlimpah ruah. Rahwana ingin memastikan Shinta tak kekurangan suatu apapun. Shinta yang marah karena merasa diculik menuduh Rahwana sengaja memisahkannya dengan suaminya dan berniat melakukan sesuatu yang buruk kepadanya. Melihat Shinta yang menolak makan dan menuduhnya berlaku jahat, Rahwana sedih dan berusaha untuk menghilangkan kesedihannya dengan berperang. Ia pergi meninggalkan Alengka dan Shinta, putus asa karena wanita yang dicintainya kini malah membencinya meski ia hanya ingin melindungi Shinta dan membuatnya bahagia. Shinta yang tak paham maksud hati Rahwana dan hanya melihat rupa raksasanya semakin membenci Rahwana saat mendengar Rahwana pergi berperang, ia berpikir Rahwana ingin membuktikan dirinya tangguh dan pantas mendapatkan Shinta. Rama dan Laksmana kemudian menyusun rencana untuk “menyelamatkan” Shinta, Laksmana yang mendengar kabar bahwa Rahwana sedang pergi berperang mengusulkan untuk menyusup ke taman Asoka dan membawa Shinta kembali sebagai penebus kesalahannya yang meninggalkan Shinta sendiri di hutan. Namun Rama yang masih marah pada Laksmana tak berniat mempercayakan tugas tersebut kepada adiknya, meski ia tahu adiknya sangat berbakti dan setia. Maka Rama meminta bantuan kepada bangsa Wanara kera agar membantunya. Diutuslah panglima Hanoman untuk pergi ke Alengka dan membawa Shinta kembali. Mengapa bukan Rama sendiri yang pergi? karena ia merasa menyusup bukanlah tindakan ksatria, meski itu untuk menyelamatkan istrinya sendiri. Pergilah Hanoman ke taman Asoka, dengan mudah ia mendapati Shinta yang meski tak makan namun kecantikannya tak berkurang sedikitpun. Kepada Shinta disampaikanlah pesan Rama bahwa Shinta harus kembali bersama Hanoman. Dengan kecewa, Shinta menolak permintaan Hanoman dan memintanya menyampaikan pesan bahwa dirinya hanya ingin dijemput oleh suaminya tanpa perantara siapapun jika memang suaminya mencintai dirinya karena menurutnya jika ia saja sanggup hidup dalam pengasingan sebagai bukti cintanya kepada suaminya, maka sudah sepantasnya suaminya membuktikan cintanya dengan menjemput Shinta. Hanoman pun mengiyakan permintaan Shinta dan kembali untuk menyampaikan pesan kepada Rama. Rama yang mendengar pesan Shinta yang disampaikan oleh Hanoman, merasa Shinta amatlah keras kepala, jika menghindari perang dengan kembali bersama Hanoman lebih baik mengapa ia meminta Rama sendiri yang menjemputnya. Rama yang tak suka pertumpahan darah namun tak mau dituduh pengecut dengan mengambil istrinya diam-diam lewat jalur menyusup, menyiapkan strategi perang melawan Rahwana dengan meminta bantuan bangsa Wanara. Maka dikumpulkanlah seluruh prajurit dan persenjataan, hal ini tentu saja memakan waktu yang lama, berminggu-minggu dan tak terasa setahun telah berlalu. Rama tak pernah sekalipun berniat mengirim utusan untuk memberitahu Shinta bahwa ia merindukannya, bahwa dalam rindunya ia juga marah kepada Shinta yang memaksanya berperang. Rama terlalu fokus memikirkan strategi perang yang meminimalisir jatuhnya korban, dan lupa bahwa di luar sana Shinta sangat merindukannya, dan sesungguhnya harapannya tak seegois itu, bahwa tak pernah terlintas di benaknya untuk meminta Rama berperang demi menyelamatkannya. Shinta hanya ingin suaminya datang seorang diri kepadanya. Ego Rama lah yang memicu peperangan ini, hanya karena ia tak sudi menyusup diam-diam. Rahwana yang telah kembali dari peperangan dan sejenak melupakan sakit hatinya karena Shinta, berniat datang ke taman Asoka untuk menemui Shinta sekedar melepas rindu. Namun di istana Rahwana mendapati Surpanaka yang kehilangan sebelah telinga dan hidungnya. Ia lalu mendengarkan cerita Surpanaka bahwa lukanya disebabkan oleh Laksmana. Sebagai kakak yang sangat menyayangi adiknya, Rahwana pun marah mendengar cerita Surpanaka. tentu saja Surpanaka tak menceritakan bahwa dirinya telah menggoda namun ditolak oleh Rama dan Laksmana. Setelah meninggalkan Shinta sendiri di hutan dan sekarang melukai adik kesayangannya, kali ini Rahwana tak lagi bisa menahan amarahnya terhadap Rama. Bahwa kabar Rama sedang menyusun rencana menyerang Alengka pun sudah terdengar olehnya, maka Rahwana menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk berperang dengan Rama. Ia tak akan menyerahkan Shinta hanya untuk hidup menderita di hutan, meski ia tahu Shinta tak mencintainya namun ia berharap jika Shinta sadar betapa cintanya jauh lebih besar dibanding Rama, waktu akan melunakkan hati Shinta dan ia rela menanti sampai Shinta menerimanya… continue, peperangan dan kematian tragis Rahwana serta Shinta karena cinta
Rama dan Sinta terkenal sebagai pasangan sejati. Cinta mereka tulus suci hingga dibawa mati. Kendati ada perbedaan mencolok antara versi India dan versi Sri Lanka, tetapi itu tidak menghapus kesucian Dewi Sinta. Ini kisah mereka versi India. Raden Rama adalah putra Prabu Dasarata dari Kerajaan Ayodya. Sedangkan Dewi Sinta putri angkat Prabu Janaka dari Kerajaan Mantili. Meski pasangan ini berwujud manusia, namun sebenarnya mereka titisan pasangan dewa dan bidadari. Yaitu titisan Bathara Wisnu dan Dewi Widowati. Berdasar wayang purwa dikisahkan, bahwa di Kerajaan Ayodya diadakan pertemuan agung. Raja Prabu Dasarata mengundang secara khusus putra sulungnya, Raden Rama. Sang Prabu mengutus putranya segera menikah, dengan jalan, mengikuti sayembara memperebutkan putri di Kerajaan Mantili. Raden Rama dipandang sudah waktunya untuk menikah. Terlebih lagi, akan segera dinobatkan menjadi raja untuk menggantikan ayahandanya. “Wahai, putraku Rama. Ikutilah sayembara memperebutkan Dewi Sinta, putri Prabu Janaka di Mantili. Barang siapa yang bisa membentangkan gandewa busur pusaka Kerajaan Mantili berhak mendapatkan putri itu.” “Sebab, menurut wangsit pesan gaib yang saya terima dari para dewa, barang siapa bisa mempersunting Dewi Sinta, hidupnya akan mulia,”kata Prabu Dasarata. Berangkatlah Raden Rama ke Mantili. Ia diikuti oleh salah seorang adiknya, Raden Laksmana. Sebenarnya mereka empat bersaudara. Yakni; Raden Rama, Raden Laksamana, Raden Satrugna dan Raden Baratha. Meski Raden Rama datang kali terakhir di Mantili, namun tetap diberi kesempatan. Apalagi, telah puluhan ksatria dan raja yang mengikuti sayembara namun gagal membentangkan busur pusaka itu. Raden Rama memasuki gelanggang sayembara. Dia mulai memanjatkan doa kepada Yang Mahakuasa. Dengan mengerahkan seluruh kesaktian, diangkatnya busur berukuran raksasa itu. Perlahan-lahan dibentangkannya, dan berhasil. Bukan hanya itu. Busur itu malah patah menjadi dua bagian. Maka, Raden Rama berhak mendapatkan Dewi Sinta. Singkat cerita, dilangsungkan perkawinan Raden Rama dan Dewi Sinta. Keduanya pun mengikatkan diri pada tali perkawinan yang sakral dan suci. Raden Rama berjanji akan selalu melindungi dan mencintai istrinya. Demikian pula dengan Dewi Sinta, ia berjanji akan selalu mematuhi perintah suaminya sekaligus mencintainya. Raden Rama memboyong Dewi Sinta ke Ayodya. Sampai di Ayodya disambut suka cita oleh Prabu Dasarata. Bahkan, saking senangnya Prabu Dasarata mengadakan upacara ngunduh mantu. Tidak tanggung-tanggung, diadakan pesta besar-besaran sekaligus menobatkan pasangan Rama-Sinta sebagai raja-permaisuri Kerajaan Ayodya yang baru. Menjelang penobatan Raden Rama sebagai raja, tiba-tiba terjadi insiden. Dewi Kekayi, salah seorang istri Prabu Dasarata memprotes penobatan itu. “Wahai, Sang Prabu Dasarata, mengapa Rama yang akan dinobatkan menjadi raja. Paduka lupa akan janji paduka kepadaku. Dulu ketika akan menikahi hamba, paduka berjanji anak yang hamba lahirkan akan dijadikan raja. Itu dulu yang menjadi syaratnya. Mestinya yang menggantikan paduka sebagai raja adalah Baratha,”ujar Dewi Kekayi. Mendengar penuturan Dewi Kekayi, Prabu Dasarata bak disambar petir di siang bolong. Terkejut bukan kepalang. “Oh, Dinda Dewi Kekayi maafkan Kakanda yang khilaf akan janji sendiri. Rama, ayahanda juga mohon maaf padamu. Sekarang, biarkan Baratha, saudaramu yang menjadi raja. Oh, dewa…. betapa besar dosaku…..”. Tiba-tiba Prabu Dasarata terhuyung-huyung dan jatuh tak berdaya. Penyakit jantungnya kambuh. Dan, akhirnya tak tertolong lagi. Sang Prabu meninggal karena tak kuat menanggung rasa dosa dan malu yang berlebihan. Setelah jasad Prabu Dasarata dikebumikan, segeralah Raden Baratha dinobatkan menjadi raja. Meski sebenarnya yang bersangkutan tidak menghendakinya. Bahkan, Baratha menginginkan Rama yang tetap menjadi raja. Namun, karena desakan Dewi Kekayi, Baratha-pun terpaksa menuruti keinginan ibunya itu. Di luar dugaan, Dewi Kekayi masih terus bertingkah. Ia merasa, keberadaan Rama dan Sinta di Ayodya akan mengganggu pemerintahan Baratha. Dewi Kekayi-pun mengusir Rama dan Sinta selama 14 tahun tak boleh kembali ke Ayodya. Pasangan pengantin baru itu harus menjalani hidup sebagai orang buangan di Hutan Dandaka. Sebagai ksatria yang luhur, Rama pun mengajak Sinta meninggalkan istana Ayodya. Mereka diikuti oleh Laksmana, adiknya yang paling setia. Akhirnya, mereka menanggalkan pakaian ksatria. Menggantikannya dengan pakaian biasa. Mereka menyamar sebagai rakyat jelata. Meski harus menjalani hidup penuh derita, Sinta tetap mendampingi suaminya dengan setia. Ia memahami, kebahagiaannya adalah bagaimana suaminya bahagia. Begitu pula dengan Rama, ia selalu berupaya membuat istrinya bahagia meski menjadi orang buangan di tengah hutan. Tampaknya, rasa cinta kasih mereka tak bisa diukur dengan harta materi dan kedudukan jabatan. Suatu ketika, datang cobaan yang menguji cinta mereka. Tiba-tiba, datang Prabu Dasamuka Rahwana, Raja Alenka yang menculik Dewi Sinta. Selama sepuluh tahun Sinta ditahan oleh Dasamuka. Setiap hari dirayu dan digoda akan diperistri. Namun, Sinta tetap menolak. Meski diiming-imingi harta dan kemewahan, ia tak bergeming. Rama-pun menunjukkan kesetiannya dengan mengirimkan cincinnya melalui Anoman untuk menemui Sinta di Alenka. Ternyata, Sinta tetap setia pada sang suami, termasuk menjaga kesuciannya. Ketika diboyong kembali oleh Rama melalui pertempuran besar-besaran, kesuciannya dipertanyakan oleh sang suami. Untuk membuktikannya, Sinta harus dibakar hidup-hidup. Ternyata, ia tetap selamat. Tetap suci sebagaimana Rama yang menjaga kesuciannya meski telah lama berpisah dengan sang istri. jss
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="" align="alignleft" width="295" caption="Rama dan Sinta illustrasi"][/caption] CAK, CAK, CAK.... Cak, Kecak!!! Tarian kecak mengiringi kisah epic antara Rama dan Sinta. Sebuah cerita tentang cinta yang luar biasa pengaruhnya terhadap budaya dan kehidupan masyarakat di daerah Asia Selatan pada umumnya. Mulai dari India, Nepal, Thailand, Myanmar sampai ke Indonesia memiliki versi masing-masing atas cerita ini. Bahkan memberikan penghargaan yang begitu tinggi sampai-sampai banyak tarian, cerita wayang, lukisan, dan candi yang melukiskan cerita penuh arti ini. Saya sendiri banyak belajar dari kisah ini. Bukan hanya sekedar soal perjuangan memperebutkan cinta dan kekuasaan, tetapi juga memberikan pengertian kepada kita bagaimana idealnya seorang raja, seorang istri, dan juga seorang saudara. Lebih seru dari kebanyakan sinetron yang tayang sekarang ini, sih, kalau menurut saya. Lebih mendidik pula!!! Rama atau Ramayana adalah sosok seorang pahlawan sejati yang dianggap sebagai titisan ketujuh Dewa Wisnu. Anak dari Raja Ayudia, Dasarata dan Kousalya. Memiliki kharisma seorang pemimpin sejati yang biarpun harus menderita, tetap patuh dan setia kepada orang tua dan tanah airnya. Biarpun terkadang mengeluh dan plin-plan, namun dia tetap memiliki sebuah prinsip yang kuat. Membaktikan dirinya bagi keluarga dan bangsa yang benar-benar sangat dicintainya. Berjuang tanpa lelah dan henti memberikan petunjuk dan arahan bagi semua pengikutnya. Keluh kesah dan sifat plin-plan yang diceritakan, menunjukkan bahwa setiap manusia, sehebat apapun juga, pasti memiliki kekurangan. Tidak ada yang sempurna. Selain itu, menurut saya, dia adalah sosok seorang pemimpin yang sama sekali tidak sombong. Dia tetap mau mendengar nasehat, terutama nasehat yang diberikan oleh istri dan saudara-saudaranya, Barata dan Wibisana. Sehingga sekalipun emosi seringkali meluap, namun langkah dan keputusan yang diambilnya tetap saja sifatnya adil dan bijaksana. Tidak heran bila Rama menjadi perlambang seorang pemimpin sejati. Dia adalah seorang raja yang sesungguhnya. Barata dan Wibisana adalah saudara tiri dari Rama. Mereka bisa saja menggantikan posisi Rama menjadi raja, mengingat mereka mendapat kesempatan untuk itu. Tetapi itu semua tidak mereka lakukan. Mereka tidak haus akan kekuasaan dan juga tahu kapasitas mereka. Mereka justru terus mendorong dan membantu Rama untuk kembali ke tanah air, setelah diusir, dan menjadi raja. Jarang-jarang, ya, ada saudara yang seperti itu? Kebanyakan malah rebutan harta dan warisan!!! Sinta atau Sita adalah istri dari Rama. Putri dari Raja Janaka. Sosok seorang wanita yang ayu, halus, lemah lembut, namun sangat kuat. Kesetiaan dan dedikasinya tidak perlu kita ragukan lagi. Dia mau memperjuangkan cinta. Dia mau memperjuangkan kebenaran. Biarpun harus menderita dan berdarah-darah, dia tetap kuat. Menjalankan peranannya sebagai seorang perempuan, istri dan ibu dari Lava dan Kusha, dan juga sebagai seorang pejuang. Semua dijalankannya secara berbarengan dan tidak ada yang harus dikorbankan. Yang paling saya kagumi dari Sinta adalah keyakinannya. Yakin bahwa Rama adalah cintanya. Yakin bahwa semua masalah bisa selesai. Yakin bahwa kekuatan yang ada pada mereka berdua bisa mengalahkan segalanya. Tidak ada yang bisa melawan keyakinannya itu. Dipadu dengan ketulusan dan keikhlasannya menjalani kehidupan serta kesabarannya, dia memang berhasil. Dia menjadi pemenangnya. Rama dan Sinta sendiri adalah perlambang pasangan ideal suami isteri. Saling membantu, saling mendorong, saling menjaga, dan sama-sama memberikan kekuatan terhadap satu dengan yang lainnya. Rasa percaya yang tinggi terhadap satu sama lain, membuat pendirian mereka tidak pernah goyah. Apapun yang mereka lakukan, sudah dapat dipastikan untuk kepentingan bersama, bukan hanya untuk kepentingan pribadi. Kesuksesan salah satu dari mereka, adalah kesuksesan bersama. Buah hasil kerjasama antara mereka berdua yang tidak pernah ada habis-habisnya. Asyik, ya?! Pengen nggak, sih?! Rahwana, raksasa dan raja dari kerajaan Lanka. Dipercaya memiliki kekuatan yang maha dahsyat yang tidak dapat dikalahkan oleh apapun juga. Memiliki ambisi yang sangat kuat untuk menaklukan, menguasai, dan memiliki apapun yang diinginkannya. Lupa bahwa di mana ada kekuatan, pasti ada kelemahannya juga. Apalagi bila kekuatan itu hanya merupakan sebuah nafsu belaka. Pasti akan bisa dikalahkan oleh yang namanya kekuatan hati dan pikiran. Makanya terus kemudian dia kalah. Kalah oleh dirinya sendiri menurut saya. Masih banyak lagi, sih, yang sebetulnya saya dapatkan dari kisah ini. Tetapi untuk sementara, sepertinya sampai di sini dulu, deh!!! Nanti kepanjangan!!! Hehehe... Lagipula, yang nyambung dengan urusan yang sering saya angkat-angkat, sudah terangkum semua di sini. Bagaimana pria, suami, perempuan, istri, ibu, adik, kakak, baik secara individu maupun berpasangan menjalani kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupannya di dalam keseharian dan dalam bermasyarakat. Bagaimana caranya kita menjadi manusia yang lebih baik lagi. Semoga saja, kisah ini juga bisa memberikan "arti" yang lebih dalam kehidupan Anda.asa Salam Kompasiana, MARISKA LUBIS. Kunjungi Kami di Lihat Sosbud Selengkapnya
Rama dan Shinta, Ternyata Bukan Kisah Cinta Romeo and JulietAlkisah, hiduplah seorang raja bernama Dasarata yang memimpin kerajaan Kosala dengan adil dan bijaksana. Rakyatnya hidup happy, gemah ripah loh jinawi. Raja Dasarata memiliki 4 anak laki-laki dari 3 istri yang berbeda, yaitu Rama, Laksmana, Bharata dan putra mahkota, Rama mempunyai istri cantik bernama Shinta, putri kerajaan Wideha. Tidak mudah mempersunting Shinta, Rama harus mengikuti sayembara, membentangkan busur panah Dewa Siwa. Tapi… berhubung Rama merupakan titisan Dewa Wisnu, mudahlah untuknya memenangkan Rama berikutnya adalah mengasingkan diri, masuk ke dalam hutan selama 14 tahun. Trouble makernya Kekeyi, selir Dasarata, ibu dari pangeran Bharata. Dahulu ketika sakit, Dasarata pernah berujar “Siapapun yang bisa menyembuhkanku, apapun permintaannya akan kukabulkan”.Dengan penuh keberanian aka nekad 😀😀 Kekeyi menguncup nanah di kaki raja dengan mulutnya. Berhasil, Dasarata sembuh. Sesuai janji, Kekeyi boleh minta apapun, dan pasti yang digunakan Kekyi dengan licik, dia menjegal pengangkatan Rama sebagai penerus Dasarata, dan menggantinya dengan Bharata, anak Kekeyi. Untuk mengamankan kursi Bharata, Kekeyi juga meminta agar Rama dibuang ke hutan selama 14 IsiRamayana, Kisah Pangeran yang MalangRamayana, Komikku yang PertamaRA Kosasih, Bapak Komik IndonesiaShinta, Perempuan BernasibJanji seorang raja selevel janji dewa. Tak bisa ditarik. Rama tak ingin ayahandanya menyalahi janji, maka pergilah dia ke hutan Dandaka bersama istrinya,serta Laksmana, saudara laki-laki yang selalu mengikuti kemanapun Rama tak dapat ditolak, di hutan Dandaka, peristiwa pilu menimpa Rama dan rombongannya. Walau kesaktian Rama mampu mengusir kejahatan yang berasal dari mahluk gaib hutan kelicikan Rahwana, Raja Alengka si mahluk paling tengil dalam kisah pewayangan, mampu membuat Rama lengah. Ketika sedang melayang di atas hutan Dandaka, raksasa cabul, rakus dan gemar menculik istri orang ini terpincut kecantikan segala tipu muslihat, Rahwana berhasil menculik Shinta. Jatayu, sahabat Prabu Dasarata yang melihat kejadian tersebut, tak kuasa menahan kesaktian Rahwana. Di saat terakhir menjelang nafas terakhir, dia sempat berkisah pada Rama tentang kelakuan jugaMoon Lovers Scarlet Heart Ryeo, Anak Perawan di Sarang PangeranLove in The Moonlight, Indahnya Cinta Terlarang Ramayana, Komikku yang PertamaFamilier dengan kisah di atas?Merupakan rangkuman buku komik pertama saya, Ramayana. Almarhum ayahanda yang beli, dan lamaaaa …..banget nggak beli lanjutannya. Jadi deh tuh buku lecek, covernya hilang, dan saya hafal luar kepala!Dibanding komik-komik HC Andersen, yang banyak dimiliki teman-teman, dan mudah ditemukan di taman bacaan, saya lebih menyukai komik karangan RA Kosasih ini. Kemudian membangun imaji tentang ketampanan dan kecantikan sepasang tak ada adegan romantis yang digambar oleh RA Kosasih. Juga tak ada percakapan panjang ala pagelaran wayang, seperti yang kerap divisualisasikan para dalang. RA Kosasih hanya bertutur tentang silsilah, peristiwa, sebab akibat, tanpa penggambaran berbunga-bunga. Pembaca bebas menafsirkan, apakah Rama seganteng Song Joong Ki? Serta Shinta secantik Song Hye Kyo?Huhuhu…..masih bisa belum move on dari kenyataan mereka telah bercerai. 😀😀Apapun itu, RA Kosasih dengan komik Ramayana dan Mahabharata berhasil menyampaikan epos secara utuh. Dan membuat saya belajar tentang cerita kepahlawanan yang muncul berulang kali dalam pagelaran wayang, sendratari, dan reliefnya di Candi itu tujuan awal alm ayahanda membelikan buku Ramayana? Kemungkinan besar iya, mengingat alm ayahanda seorang guru, sehingga sangat berhati-hati saat memilih bacaan bagi Kosasih, Bapak Komik IndonesiaSaya penyuka komik. Sangat menikmati komik. Nggak hanya alur ceritanya, juga gambarnya. Karena merupakan perwujudan kultur, budaya dan imajinasi pengarangnya. Seperti yang dibuat Herge dalam komik “Petualangan Tintin”.Saya terkagum-kagum akan imaji Herge yang memberi jambul pada sang wartawan, Tintin. Rambut awik-awikan Captain Haddock yang gemar sumpah serapah. Duh bisa ketawa terbahak-bahak sendirian. Belum lagi tingkah konyol detektif kembar Dupont et Dupond, dan Profesor Calculus yang linglung bukan dengan “Petualangan Tintin” yang melegenda sejak 1929, mirip kisah RA Kosasih yang menelurkan komik superhero pertama kali di Indonesia, Sri Asih 1950. Sayang Sri Asih dianggap kebarat-baratan, RA Kosasih pun didorong membuat komik yang dianggap sebagai kisah asli Indonesia, Ramayana dan seperti yang kita ketahui, Ramayana dan komik pewayangan lainnya merupakan akulturasi kesusastraan Hindu dan sastra tradisional Indonesia, terutama dari sastra Jawa dan Sunda. Perdebatan tersebut merembet pada penobatan RA Kosasih sebagai Bapak Komik Indonesia. Salah satunya dilakukan Djair Warni, pengarang Jaka Sembung. Djair beranggapan Kosasih tidak mempunyai karakter komik yang itu, kelompok seniman lain menilai nggak ada sosok selain RA Kosasih yang layak mendapat gelar Bapak Komik Indonesia. RA Kosasih tidak hanya mengabdikan hidupnya untuk membuat komik, juga memproduksi banyak Sri Asih dan Siti Gahara, karya RA Kosasih disamping rangkaian komik dari dunia pewayangan. Terobosan RA Kosasih lain yang tidak diketahui banyak orang adalah karyanya yang berjudul “Empat Sekawan, komik dengan karakter anak-anak yang belum lazim pada zamannya sumber sumber Perempuan Bernasib Malang Imajinasi saya tentang Rama, si suami yang ganteng, Shinta si istri yang jelita serta Rahwana, pebinor yang gemar merusak rumah tangga orang lain, ternyata harus ditata pengguna Facebook, Ruri Indraswari berbagi sudut pandang tentang Rahwana yang romantis, ehem ….. begini bermuka bengis, Rahwana hanya mencintai istrinya, Dewi Setyawati. Malang, sang istri berumur pendek, dia meninggal dan menitis pada Dewi itu, betapa kagetnya Rahwana saat melihat sosok istrinya di hutan Dandaka. Sewaktu tahu, Shinta adalah titisan Dewi Setyawati, Rahwana kecewa, Shinta sudah diperistri Rama. Pilihannya hanya 2, merelakan atau merebutnya memilih menculik Shinta. Rahwana membawa Shinta ke Alengka dan menyekapnya di istana yang megah. Shinta diperlakukan bak ratu, dihujani hadiah dan tak pernah disentuhnya. Padahal Rahwana bisa banget memperkosa tahu, cinta sejati tak butuh tak pernah menyentuhnya. Dia menunggu. Menunggu adalah hal terbaik agar sang dewi tak terluka hatinya. Agar sang dewi mencintainya sepenuh hati. Suatu saat nanti.....entah kapanTanpa jemu, setiap hari Rahwana mendatangi Shinta dengan beragam puisi. Dia selalu minta maaf karena telah menculiknya. Dia juga menyuarakan isi hatinya, meminang Shinta agar bersedia menjadi bergeming. Titisan Dewi Setyawati itu sangat setia pada suaminya. Dia menolak diperistri Rahwana. Hingga akhirnya dia merasakan ketulusan Rahwana. Namun Shinta tak mau mengkhianati suaminya. Walau dia gelisah. Tiga tahun lamanya dalam penyekapan Rahwana, kemana Rama? Mengapa tak juga menyelamatkannya? Apakah suaminya sudah tak mencintainya lagi?Akhirnya Rama datang dengan balatentara kera, dengan gagah berani Rahwana menyambutnya. “Aku mencintai Shinta, Rama! Aku akan melakukan apa pun untuknya. Aku benar-benar mencintainya, bukan sepertimu yang menikahinya hanya karena berhasil memenangkan sayembara. Semua perbuatanku yang kau sebut mengacau’ sebenarnya adalah usahaku dalam rangka mendapatkan cintaku kembali"Pertarungan pun terjadi. Rama berhasil melumpuhkan Alengka dan membunuh Rahwana melalui tangan suka cita, Shinta berlari menghambur ke pelukan Rama. Sambutan Rama tak terduga. Rama begitu dingin dan mencurigai Shinta telah dinodai Rahwana. Sia-sia Shinta menjelaskan bahwa dirinya masih suci. Rama tak percaya. Dia malah menyuruh menyiapkan api untuk menguji kesucian Shinta. Tentu saja, karena masih suci, nyala api tak bisa membunuh ini sudut pandang saya berubah terhadap ikatan cinta Rama – Shinta. Kejam banget ya Rama? Gimana jika Shinta diperkosa Rahwana? Sebagai tawanan kemungkinan sangat besar terjadi. Jika dia mencintai istrinya, seharusnya dia menerima apa adanya bukan?Yah begitulah. Seperti kisah Ramayana, setiap peristiwa di dunia mempunyai multitafsir. Nggak hanya hitam dan putih, tapi juga merah, kuning, biru serta banyak warna menyikapinya, itulah yang juga The Wind Blows, Janji Suci PerkawinanThe World of The Married, Selingkuh dibayar Selingkuh
kisah cinta rama dan shinta