DihimpundetikTravel dari berbagai sumber, Selasa (7/9/2021), Danau Toba di Sumatera Utara turut menyimpan legenda yang diceritakan turun temurun oleh masyarakat sekitar. Konon menurut legenda, Danau Toba terbentuk karena terbongkarnya rahasia seorang putri jelmaan ikan mas.
Airmatanya mengalir deras, dan lama-kelamaan menggenang hingga menenggelamkan bebatuan tempatnya duduk. Majojaru ikut tenggelam dalam air mata kesedihannya yang menggenang, lalu ia meninggal dunia. Tak berapa lama, di tempat itu terbentuk sebuah telaga kecil yang airnya sebening air mata dan berwarna kebiruan seperti langit.
Ceritalegenda ini menceritakan seorang petani yang terbilang miskin dan juga masih melajang. Pada suatu hari setelah ia membajak sawahnya, ia memutuskan untuk memacing di sungai. Saat memancing ia berandai-andai memiliki seorang istri dan juga membayangkan akan mendapat ikan yang besar untuk dimasak nanti. Tak lama, pancingnya bergerak kuat.
Iamengklaim bahwa kisah itu diambil berdasarkan kisah hidup Margarete von Waldeck, putri Philip IV. Konon pada usia 16 tahun ia dipaksa ibu tirinya untuk pindah ke Wildungen di Brussel dan disana ia jatuh cinta pada seorang pangeran yang kemudian menjadi Phillip II dari Spanyol.
Seketikalangit gelap dan hujan turun dengan deras. Air juga keluar dari bawah tanah yang membuat perkampungan terendam air. Toba dan Samosir tiba-tiba hilang saat perkampungan berubah menjadi lautan air. Danau Toba dan Pulau Samosir diyakini sebagai perwujudan siluman ikan dan anaknya.
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. As Indonesia has many cultures and customs, there are countless folklores and legends that can be found there. One of them is kisah legenda Air Putri from Seram Island. The legend is believed comes from a real tragedy during Dutch occupation. Here are the story and how it becomes one famous tourist spot. Long time ago, there lived a daughter named Ta Ina Luhu from Luhu Country on Seram Island. She was the daughter of the King of the Land of Luhu who is so wise, kind, and virtuous. One day the Dutch took control of Luhu and the entire family of the King was killed by the Dutch except for the princess who was captured but managed to save herself. Long story short, she was attracted by another kingdom named Soya. The princess was treated like a royal family. However, it turned out that Princess Ta Ina Luhu was impregnated by the Dutch soldiers who arrested her. She felt bad for troubling King Soya and saving himself from the Soya Kingdom. Kisah legenda Air Putri continued, the Princess Ta Ina Luhu wanted to live alone with her current situation. He fled from Soya Palace on a royal horse and left the cold and eerie wilderness. After a long walk, Ta Ina Luhu felt exhausted and fell off the horse. After resting, Princess Ta Ina Luhu continued her journey with various miraculous events that occurred. The place where she rested had now become a mountain called “Mount Nona”, then when she raced the horse fast, the hat she was wearing flew in the wind but when he was about to take the hat it turned into a rock which became known as “The Capeu Stone”. Furthermore, the Princess continued to enjoy the Amasuhu beach area in a very tiring state and finally decided to rest and drink at a spring which until now was known as “Air Putri”. Famous Tourists Spot Air Putri is located on Seram Island, to be precise in the western part of Seram. To get to this place can be done by motorized vehicle takes almost 2 hours from Piru, the capital of the West Seram district. The place which is based on Kisah Legenda Air Putri is still very natural, even to reach this place we have to go through a dirt road that is not good. About kilometers from the Trans Seram highway, we have to walk through the forest and go to a transmigrant village with a Butonese population. The location of Air Putri is on the edge of this village. The long journey and the difficulties that were passed were instantly paid off when they arrived at Air Putri. According to the accompanying legend, Air Putri is a spring that is right on the edge of the coast. Therefore, the fresh water that comes out of the spring forms a lagoon and mixes with the warm and salty seawater at one point. Air Putri’s geographical condition is very unique, a lagoon that juts into the mainland and forms a river that ends in a vast ocean. Beaches, lagoons, rivers, salt water, fresh water and shady trees are one in the Air Putri area.
Cerita rakyat umumnya memiliki pesan moral positif sehingga cocok kamu ceritakan pada buah hati, anak-anak, atau saudaramu. Jika ingin mengajarkan si kecil agar tak bersikap sombong, bacakanlah cerita rakyat asal mula Cikaputrian yang ada di artikel ini. Di Indonesia, ada banyak cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun dan tak tahu sejak kapan munculnya kisah-kisah itu. Kisah-kisahnya pun menarik dan umumnya sarat akan pesan moral. Salah satu cerita rakyat yang layak kamu simak adalah legenda asal mula berasal dari Banten dan sekitarnya, kamu mungkin sudah tak asing lagi dengan cerita legenda ini. Kalau lupa atau belum tahu, ringkasan cerita asal usul Cikaputrian adalah tentang seorang putri yang cantik, tapi tak sebaik dan tak seanggun wajahnya. Lalu, ada satu peristiwa yang membuatnya menyadari kesalahannya. Namun, semua itu telah terlambat. Peristiwa apakah itu? Kalau ingin tahu kisah selanjutnya, mending kamu lanjuktan baca cerita rakyat tentang asal mula Cikaputrian berikut ini. Kami juga telah memaparkan unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Selamat membaca!Cerita Rakyat Asal Mula Cikaputrian Sumber Dongeng Cerita Rakyat Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang memimpin kawasan Banten. Ia memiliki seorang putri yang wajahnya teramat menawan. Kulitnya putih dan mulus. Akan tetapi, kecantikannya itu tak tergambarkan dari perilaku dan hatinya. Ia adalah putri raja yang manja dan segala keinginannya harus terpenuhi. Tak hanya itu saja, ia juga kerap membentak dayang-dayang istana yang melakukan kesalahan, meskipun itu hanyalah kesalahan sederhana. Keburukannya tak berhenti sampai situ saja. Sang Putri juga merupakan perempuan pemalas. Kesehariannya ia habiskan untuk merias wajah dan memandangi cermin. Kebiasaannya adalah memuji kecantikannya sendiri. “Kamu sangatlah cantik. Lihat wajahmu, mulus dan bersih. Tak ada satu pun orang yang mampu menandingi kecantikanmu,” ucapnya pada diri sendiri sembari memandangi cermin. Selain suka memuji diri sendiri dan merasa dirinya paling sempurna, sang Putri juga kerap menyombongkan dirinya dan menghina orang lain. Suatu hari, ia pernah bertemu dengan seorang gadis desa saat berjalan-jalan ke pasar untuk membeli hiasan rambut. Kebetulan, gadis itu hendak membeli jepit yang sama dengan sang Putri. Lalu, perempuan sombong itu berkata, “Kau hendak membeli jepit ini juga? Mana kau pantas memakainya? Jepit ini hanya cocok untuk wanita cantik sepertiku. Gadis desa sepertimu tentu tak pantas memakainya.” Mendengar ucapan itu, tentu saja membuat sang gadis menangis tersedu. Ia tak menyangka bila ada anak raja yang punya peringai sekejam itu. Baca juga Kisah Dongeng Gajah dan Semut & Ulasannya, Bukti Kesombongan Tak Ada Gunanya Meminta Sebuah Puri Pada suatu hari, sang Putri memiliki keinginan yang sangat berlebihan. Ia meminta kepada ayahnya sebuah puri megah yang terletak di kaki gunung. “Ayah, aku ingin Ayah memberiku sebuah puri megah yang terletak di kaki gunung. Puri itu juga harus memiliki taman yang indah dan sebuah danau yang airnya jernih,” rengek sang Putri. “Untuk apa Putriku yang cantik? Bukankah kau sudah memiliki puri nan megah di istana ini? Apakah belum cukup?” ucap sang Raja. “Di istana ini pemandangannya kurang indah, Ayah. Aku ingin puri yang sejuk dan memiliki pemandangan indah,” ucapnya memaksa. Awalnya, sang Raja menolak untuk memberikan puri kepada anaknya. Namun, sang Putri selalu memaksa dan mengancam tak akan makan dan minum bila keinginannya tak terkalbukan. Pada akhirnya, mau tak mau, ia mengabulkan keinginan putrinya. Ia meminta ajudannya untuk segera membentul pasukan khusus agar segera membangun puri di kaki gunung. “Tuan, apa tidak apa-apa mengabulkan keinginan Putri? Ampuni hamba, Tuan, tapi tampaknya mengabulkan permintaan tuan putri bukanlah hal yang tepat,” ucap ajudan Raja. “Hanya ini yang aku bisa lakukan untuk membahagiakan putriku. Aku tak ingin dia kecewa. Ia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Aku sangat memaklumi sifat keras kepalanya,” ucap sang raja yang merasa kasihan kepada putrinya. Sejak lahir, sang Putri belum pernah merasakan kasih sayang ibu. Sebab, sang Ratu telah meninggal sesaat setelah melahirkannya. Tinggal di Sebuah Puri Indah Setelah keinginannya memiliki puri terwujud, ia langsung pindah ke sana. Sang Raja memerintahkan beberapa pengawal dan dayang istana untuk menjaganya. Sang Putri merasa sangat puas dan bahagia. “Akhirnya aku bisa menguasai puri yang indah. Apalagi ada danau indah nan jernih yang bisa kugunakan untuk mandi,” ucapnya puas. Ia merasa ingin menguasai danau itu sendirian. Tak ada satu orang pun yang boleh memasuki danau itu. Bahkan, para dayang pun tak mendapatkan izin untuk memasuki danau. “Aku peringatkan kepada kalian, tanpa seizinku, kalian tak boleh memasuki danau ini! Aku tak ingin kalian mencemari keindahannya. Kalau ada yang berani-beraninya masuk ke sini, aku tak segan-segan mengusir kalian. Mengerti?” ucap sang Putri mengancam para dayang dan pengawal. “Baik, Tuan Putri, kami tak akan memasuki danau itu. Kami berjanji,” ucap salah satu dayang mewakili teman-temannya. Setiap hari, sang Putri mandi di danau itu. Saking jernihnya, ia bisa bercermin di air danau itu. “Hmm, kecantikanku bahkan terpantul ke air ini. Luar biasa sekali,” ucapnya memuji diri sendiri. Datang Seorang Nenek Pada suatu pagi, ketika sang Putri sedang asyik mandi, tiba-tiba ada seorang nenek datang menghampiri danau. Tentu saja sang Putri merasa sangat terkejut. Ia terperanjat mendapati seorang nenek tua berpakaian compang camping memasuki kawasannya. Tak diam saja, sang Putri segera beranjak dari danau dan mendatangi Nenek tua itu. Dengan kedua tangan di pinggangnya, ia berteriak pada sang Nenek tua, “Hei perempuan tua, siapa kau? Berani-beraninya datang kemari!” Tentu saja Nenek itu merasa terkejut dengan teriakan sang Putri. Ia hanya bisa terdiam dan menatap heran pada sang Putri. “Kenapa diam saja? Kau tak mendengar pertanyaanku? Kenapa kau datang kemari? Hah?” tanyanya dengan suara lantang. Sungguh tak sopan ucapannya kepada orang tua. Nenek itu masih terdiam. Ia hanya memandangi sang Putri dengan tatapan melas dan keheranan. Meski begitu, perempuan tamak itu tampak tak memedulikan raut wajah Nenek yang melas. “Dasar perempuan tua! Kau sudah tuli, ya? Atau kau bisu? Sampai-sampai kau tak menjawab pertanyaanku?” ucap sang Putri sambil melotot ke arah perempuan tua itu. “Atau jangan-jangan, kau tuli, bisu, dan buta? Hingga kau tak tahu kalau danau ini hanya milikku seorang. Tak ada satu pun yang boleh memasukinya kecuali aku! Apalagi kau hanya perempuan tua dekil. Bisa-bisa kau mengotori danauku ini! Pergi sana!” imbuh sang Putri. Meski mendengar segala umpatan sang Putri, Nenek itu masih terdiam. Bibirnya tampak bergetar. Tangannya mengepal. Seperti orang yang sedang menahan amarah. Karena Nenek tua tak kunjug bicara, akhirnya sang Putri semakin naik pitam. Ia menghardik Nenek itu dengan kalimat yang teramat kasar. “Dasar kau perempuan dekil dan bau! Kau sudah gila, ya? Tak pantas kau menginjakkan kaki di sini! Cepat kau angkat kaki dari sini! Air danauku yang jernih ini akan kotor terkena tubuhmu itu!” ucapnya. Sang Nenek Angkat Suara Karena sudah tak sabar, akhirnya sang Nenek angkat bicara, “Betapa sombongnya kau perempuan muda. Kau kira kau ini siapa? Pemilik semesta ini?” “Apa katamu? Lancang sekali mulutmu. Kau tak tahu siapa aku ini?” sang Putri langsung menyela. “Kau tak tahu sekarang sedang berhadapan dengan siapa?” imbuhnya. “Tentu saja aku mengenalmu! Siapa orang di desa ini yang tak tahu Putri sombong sepertimu! Tingkah lakumu sungguh tak menggambarkan seorang anak raja. Padahal, ayahmu adalah orang yang sangat budiman dan suka menolong. Kenapa anaknya bisa bersikap begitu keji?” ucap sang Nenek murka. “Apa pedulimu? Kalau tahu aku ini anak raja, kau harusnya sadar diri. Tak boleh kau bertindak semaumu di hadapanku! Sekarang, angkat kakimu dari sini! Atau kau mau kupanggilkan pengawalku?” ucap sang Putri. “Sebelum aku angkat kaki, ketahuilah satu hal. Gara-gara kau membuat danau di sini, warga desa sekitar kaki gunung kesulitan mendapat air. Harusnya, air ini mengalir ke warga-warga sekitar. Tapi kau malah membendungnya dan menjadikannya sebagai danau. Sungguh tamak dan egois sekali dirimu. Tanpa memandang orang lain, kau malah asik dengan kesenanganmu sendiri. Apa kau layak disebut putri raja?” ucapnya. “Apa peduliku? Salahkan mereka yang hidup miskin!” ucap perempuan itu dengan kasar. Sang Nenek Memberi Kutukan Setelah mendengar segala umpatan dan hinaan dari sang Putri, wanita tua itu mulai tak tahan lagi. Ia lalu mengucapkan kata-kata yang akan membuat sang Putri tersadar. “Engkau memang putri Raja, tapi ingatlah, tak seharusnya kau mengumbar umpatan. Di mata Tuhan, engkau tetaplah manusia biasa. Ucapan kasar itu tak seharusnya muncul dari mulut manusia. Mulutmu seperti mengandung bisa mematikan. Hanya ular hitam saja yang memiliki mulut seperti itu,” ucap sang Nenek mengumpat. Tak selang lama setelah sang Nenek mengucapkan kalimat tersebut, tiba-tiba langit berubah menjadi mendung. Awan gelap menutupi seluruh cahaya matahari. Kemudian, muncul cahaya menyilaukan mata dari langit. Petir juga tiba-tiba datang menggelegar menghantam tubuh sang Putri. Seketika, tubuh sang Putri terpental dan berubah wujud. Ternyata, Nenek tua itu bukanlah orang biasa. Ia mengutuk sang Putri menjadi seekor ular hitam berbisa. “Ini adalah buah dari kesombonganmu! Karena kesombonganmu, tak seharusnya kau menjadi manusia. Kau lebih pantas menjadi seekor ular berbisa. Maka, selamanya kau akan menjadi ular,” ucap sang Nenek. Sang Putri yang telah menjelma menjadi ular hitamu itu nampak sangat sedih. Air matanya tak berhenti bercucuran. Ia merasa menyesal telah menjadi orang sombong. Ia terus-terusan minta maaf, tapi yang terdengar hanyalah suara desisan ular. Karena tak bisa kembali ke wujud aslinya, ular hitam berbisa itu pun sembunyi di dalam danau yang kerap ia gunakan mandi. Kabar terkutuknya sang Putri pun telah tersebar luas. Sang Raja hanya bisa menangisi anaknya. Para warga lalu menyebut danau tempat persembunyian ular hitam sebagai Cikaputrian yang artinya danau tempat sang Putri mandi. Baca juga Gajah yang Baik Hati, Cerita Penuh Pesan Moral untuk Anak-Anak Beserta Ulasan Lengkapnya Unsur Intrinsik Cerita rakyat asal mula telaga Cikaputrian ini cukup menarik dan sarat akan makna, bukan? Sekarang, saatnya kamu menyimak unsur intrinsik dari cerita ini. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut uraian singkatnya; 1. Tema Tema atau inti cerita dari salah satu legenda yang menjelaskan tentang keberadaan suatu tempat di Banten ini adalah tentang kesombongan seorang putri. Akibat sikapnya, ia pun terkutuk menjadi seekor ular hitam. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada dua tokoh utama dalam cerita rakyat asal mula Cikaputrian, yaitu sang Putri dan Nenek. Tokoh antagonisnya tentu sudah jelas, yaitu sang Putri. Ia memiliki sifat yang sombong, kejam, egois, manja, dan tak punya hati nurani. Bahkan, ia dengan berani membentak seorang nenek-nenek. Tentu saja hal itu tak pantas untuk ia lakukan. Sementara sang Nenek adalah tokoh protagonis dari kisah ini. Ia adalah sosok misterius yang mampu mengutuk putri sombong menjadi seekor ular hitam. Ada pun tokoh pendukung yang turut mewarnai cerita ini adalah sang Raja, ajudannya, dan beberapa dayang istana. Sang Raja memiliki sifat yang penyayang anak, tapi sedikit berlebihan. Sebab, ia menuruti segala keinginan anaknya. Sementara sang ajudan dan beberapa dayang tak terlalu banyak disebutkan dalam cerita. 3. Latar Cerita rakyat dari Banten ini menggunakan beberapa latar tempat. Awal cerita berlatar di istana kerajaan. Kemudian, cerita ini menggunakan latar tempat puri megah di kaki gunung. 4. Alur Cerita Rakyat Asal Mula Cikaputrian Cerita rakyat asal mula Cikaputrian ini memiliki alur maju. Cerita bermula dari seorang putri yang manja dan sombong meminta puri megah di kaki gunung kepada ayahnya. Ia juga minta danau di sekitar puri. Meski sempat menolak sang ayah kemudian menuruti keinginan anaknya. Dengan sikapnya yang sombong, ia menggunakan puri dan segala fasilitasnya dengan semena-mena. Ia bahkan melarang orang lain memasuki danaunya. Hingga suatu hari, ada nenek-nenek yang menghampiri danau. Kemudian, sang Putri marah-marah dan mengumpat kepada Nenek itu. Setelah adu mulut, sang Nenek lalu mengutuk tuan Putri menjadi seekor ular hitam. Meski minta maaf, sang Putri terlambat untuk menyesalinya. Ia malu dengan kondisinya dan memutuskan untuk bersembunyi di dasar danau. Para warga lalu mengenal danau itu dengan nama Cikaputrian yang artinya danau tempat putri mandi. 5. Pesan Moral Pesan moral apakah yang bisa kamu petik dari cerita rakyat asal mula Cikaputrian? Tentu ada beberapa, salah satunya adalah janganlah menjadi perempuan manja dan angkuh. Jadilah wanita mandiri dan tak merepotkan orang lain. Pokoknya, dari segala sikap sang Putri ada baiknya tak kamu tiru. Niscaya, orang yang berbuat buruk akan mendapatkan ganjarannya. Bersikap baik dan sopanlah kepada sesama ciptaan Tuhan. Tak hanya unsur intrinsik, cerita rakyat asal mula Cikaputrian juga mempunyai unsur ekstrinsik. Sebut saja seperti kepercayaan masyarakat setempat dan budaya yang berkembang di tengah-tengahnya. Baca juga Kisah Asal Usul Kota Malang Beserta Ulasan Menariknya yang Wajib Kamu Tahu! Fakta Menarik Cerita rakyat dari Banten ini memiliki beberapa fakta menarik. Penasaran? Berikut ulasan singkatnya; 1. Keberadaan Danau Cikaputrian Menjadi Misteri Meski mengangkat cerita dari asal mula sebuah tempat, cerita rakyat Cikaputrian ini tak diketahui secara pasti keberadaannya. Banyak yang mengatakan bila danau ini telah tertimbun tanah. Ada pula yang menyebutkan bila danau ini menghilang secara misterius. 2. Memiliki Versi Cerita Lain Cerita rakyat memang kebanyakan memiliki beberapa versi. Tak terkecuali cerita rakyat asal mula Cikaputrian. Secara garis besar mungkin kisahnya masih sama, yakni tentang putri sombong yang dikutuk menjadi seekor ular hitam. Namun, ada satu cerita yang menyebutkan bahwa bukan nenek-neneklah yang mengutuk sang Putri. Kutukan itu datang begitu saja. Banyak yang mempercayai kalau kutukan itu datang dari Dewa. Baca juga Kisah Kupu-Kupu Berhati Mulia & Ulasan Menariknya, Pengingat untuk Selalu Berbuat Baik pada Siapa Saja Bacakan Cerita Rakyat Asal Mula Cikaputrian Pada Anak-Anak Inilah akhir dari cerita rakyat asal mula Cikaputrian dari Banten beserta unsur intrinsik dan fakta menariknya. Kamu suka dengan kisahnya? Karena mengandung pesan moral, ada baiknya bila kamu membagikan kisahnya dengan anak-anak. Buat yang butuh kisah lainnya, langsung saja kepoin situs kanal Ruang Pena. Ada dongeng asal mula Telaga Warna, legenda Kali Gajah Wong, cerita Batu Rantai, dan masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
- Danau Toba merupakan salah satu danau terbesar di Indonesia yang terletak di Sumatera Toba. Danau yang juga mendapat predikat sebagai danau vulkanik terbesar di dunia ini memiliki luas sekitar kilometer persegi. Selain menyuguhkan pemandangan alam yang indah, Danau Toba dan Pulau Samosir juga memiliki legenda yang sangat juga 20 Tempat Wisata Sekitar Danau Toba, Cocok untuk Pencinta Wisata Alam Legenda Danau Toba Berdasarkan cerita rakyat yang dipercaya masyarakat setempat, Danau Toba dulunya adalah sebuah dataran kering yang ditinggali seseorang pria bernama Toba. SHUTTERSTOCK Danau Toba, Sumatera Utara. Legenda ini dikutip dari jurnal berjudul Nilai Moral dan Kerja Keras dalam Dongeng Danau Toba pada Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas VII terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional karya Rosmilan Pulungan dan Amanda Syahri Nasution. Dikisahkan bahwa Toba suatu hari mendapatkan seekor ikan emas ajaib ketika sedang memancing. Ikan emas tersebut kemudian berubah menjadi seorang wanita cantik dan membuat Toba jatuh cinta. Singkat cerita, Toba menikah dengan wanita tersebut dan memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama juga 5 Wisata Antimainstream di Sumatera Utara, Tidak Hanya Danau Toba 5 Wisata di Parapat, Kota yang Indah di Tepi Danau Toba Akan tetapi, Samosir ternyata tumbuh menjadi anak pembangkang dan sering menguji kesabaran sang ayah. Suatu hari Samosir diminta sang ibu untuk mengantar makanan kepada ayahnya yang sedang bekerja di ladang. Sayangnya, ia tak melakukan tugasnya dengan benar dan justru bermain sepak bola dengan teman-temannya. Bahkan, makanan untuk ayahnya pun ia santap. Melanggar janji Hal ini ternyata membuat Toba hilang kesabaran. Dengan murka, ia menyumpahi Samosir dan menyebut anaknya itu sebagai anak ikan. Padahal, kepada istrinya dahulu, Toba berjanji untuk tidak mengungkit asal muasal sang istri kepada anaknya. Baca juga 5 Alasan Harus Wisata ke Danau Toba, Latar Film Ngeri-ngeri Sedap Saat itu juga, dari jejak kaki Toba muncul mata air yang mengalir sangat deras. Mata air itu tidak bisa berhenti dan akhirnya menenggelamkan desa Toba beserta beberapa desa di sekitarnya.
Negara ini memang kaya akan cerita legenda, hampir di setiap daerah seantero Indonesia ini mempunyai legendanya masing-masing, bahkan untuk air terjun sekalipun cerita legenda itu begitu melekat kepada pesona alam yang yang satu ini. Entah anda ingin mempercayainya atau tidak kebenaran dari suatu cerita legenda, akan tetapi yang jelas beberapa air terjun di bawah ini sarat akan cerita sebuah legenda yang diyakini atau dianggap oleh masyrakat yang tinggal di sekitaran air terjun pernah terjadi di masa lalu Air Terjun Nglirip Putri yang Patah Hati Dibalik gemerincik air yang jatuh silih berganti di Air terjun Nglirip Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Tuban, Jawa Timur terdapat sebuah cerita legenda Nglirip. Alkisah legenda itu bermuara dari pertemuan salah satu Adipati Tuban di zaman sebelum kerajaan Majapahit dengan seoarang wanita cantik. Saat itu adipati kepincut dengan kecantikan gadis desa anak dari tokoh masyrakat setempat. Sakin terpesonanya gadis perawan itu akhirnya dipinang dan dijadikan istri untuk yang kesekian kalinya. Meskipun menjadi istri adipati hingga memiliki anak perawan, tapi entah kenapa ia tak mau diboyong ke pendapa kadipaten. Eh, ternyata belakangan diketahui bahwa gadis yang telah dinikahinya itu memiliki kekasih lain yang bukan dari kalangan ningrat alias rakyat jelata. Namun naas, hubungan asmaranya itu ditentang orangtuanya, baik dari ibunya maupun ayahnya sang adipati. Sang gadis akhirnya minggat dari rumah apalagi setelah mengetahui kekasihnya yang konon bernama Joko Lelono itu tewas dibunuh prajurit kadipaten atas perintah ayahnya. sumber foto Sang putri pun memutuskan untuk bertapa di salah satu goa di balik air terjun di tengah hutan, air terjun Nglirip. Putri yang patah hati ini menutup diri menolak ditemui siapapun. Putri yang bertapa itu kemudian disebut putri Nglirip dan masyarakat meyakini, putri Nglirip akan marah jika rumahnya di sekitar goa air terjun Nglirip dipakai pacaran. Air Terjun Carang Kuning Agak sediki berbeda dengan Air Terjun Nglirip, walaupun Air Terjun Carang Kuning ini juga diambil dari legenda seorang putri, namun kisah putrinya tidak setragis air terjun yang berada di daerah Tuban itu. Nama air terjun yang terletak di Lumajang ini diambil dari nama seorang putri pada zaman kerajaan Majapahit yang sering mandi di bawah air terjun tersebut. Nama putri itu dikenal dengan Putri Carang Kuning. Entah karena mempunyai kulit kuning langsat seperti kebanyakan putri-putri raja atau kedekatan dengan simbol tempat itu sehingga dijuluki carang kuning pasalnnya di dekat lokasi air terjun banyak ditumbuhi oleh pohon bambu kuning. Kata “carang” berarti ranting-ranting bambu, kata “kuning” yang berarti simbol warna dari bambu. Air Terjun Songgolangit Berawal dari kisah tragis sepasang Pasutri Alkisah, hidup seorang jejaka yang berasal dari desa Tunahan yang menjalin cinta dengan seorang gadis cantik asal Dukuh Sumanding Desa Blucu Kecamatan Kembang. Jalinan cinta mereka begitu kuat hingga berlanjut ke jenjang perkawinan. sumber foto Pada suatu fajar si isteri bersiap menyiapkan makanan pagi untuk si suami tercinta. Dalam penyediaan sarapan tersebut si isteri kurang hati-hati sehingga menimbulkan suara-suara alat dapur yang saling bersentuhan. Sang mertua ibu si isteri menegur anaknya “Ojo glondhangan, mengko mundhak bojomu tangi” atau dalam bahasa Indonesia “Jangan gaduh, nanti suamimu terbangun”. Rupanya si suami salah mendengar “Kerjo kok glondhangan, rumangsamu barange bojomu” atau dalam bahasa Indonesia “Kerja kok gaduh, memangnya barang bawaan suamimu”. Pada saat itu juga si suami itu merasa tersinggung dengan perkataan sang mertua itu, kemudian pada tengah malam kedua pengantin tersebut berniat pergi dari rumah untuk pindah ke tempat asal suami dengan mengendarai pedati/gerobak yang ditarik oleh sapi. Nah, antara desa Tunahan dan desa Blucu itu terbentang sungai. Di malam hari buta, pedati yang mereka naiki ternyata salah jalan hingga tanpa mereka sadari pedatinya masuk jurang sekarang air terjun Songgolangit yang berada di Jepara dan pasangan pasutri itu pun hilang dalam kegelapan jurang yang dalam. berbagai sumber
Sudut cantik di Air Putri Tampak Air Putri yang membaur dengan lautan Tampak Air Putri yang membaur dengan lautan Tampak Air Putri yang membaur dengan lautan Sudut cantik di Air Putri Tampak Air Putri yang membaur dengan lautan Tampak Air Putri yang membaur dengan lautan Telaga Air Putri yang begitu teduh Sudut cantik di Air Putri Tampak Air Putri yang membaur dengan lautan Tampak Air Putri yang membaur dengan lautan Telaga Air Putri yang begitu teduh Alkisah pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang putri yang bernama Ta Ina Luhu dari Negeri Luhu di Pulau Seram. Ia adalah anak dari Raja Negeri Luhu yang begitu bijaksana, baik, dan berbudi pekerti luhur. Suatu ketika Belanda menguasai Negeri Luhu dan seluruh keluarga Raja tewas dibantai Belanda kecuali sang putri yang ditangkap namun berhasil melarikan diri. Singkat cerita, ia diselamatkan oleh kerajaan lain yang bernama Soya. Sang putrid diperlakukan layaknya keluarga kerajaan. Namun, ternyata Putri Ta Ina Luhu dihamili oleh para serdadu Belanda yang menangkapnya. Ia merasa tidak enak merepotkan Raja Soya dan melarikan diri dari Kerajaan Soya. Sang Putri Ta Ina Luhu ingin hidup sendiri dengan keadaannya saat ini. Ia kabur dari Istana Soya dengan menaiki kuda kerajaan dan pergi menyusuri hutan belantara yang dingin dan mencekam. Setelah berjalan jauh, akhirnya Ta Ina Luhu kelelahan dan terjatuh dari kuda. Setelah istirahat, Putri Ta Ina Luhu pun melanjutkan perjalanan dengan berbagai kejadian ajaib yang terjadi. Tempat ia beristirahat kini menjadi sebuah gunung yang bernama “Gunung Nona”, kemudian pada saat ia memacu kuda dengan kencangnya, topi yang ia gunakan pun terbang tertiup angin namun pada saat akan diambil topi tersebut berubah menjadi batu yang kemudian dikenal sebagai “Batu Capeu”. Selanjutnya, Sang Putri terus menyusuri wilayah pantai Amasuhu dalam keadaan yang sangat melelahkan dan akhirnya ia pun memutuskan untuk beristirahat dan minum pada sebuah mata air yang hingga kini dikenal sebagai “Air Putri”. Air Putri berada di Pulau Seram, tepatnya Seram bagian barat. Perjalanan menuju tempat ini dengan kendaraan bermotor memakan waktu hampir 2 jam dari Piru, Ibukota kabupaten Seram Bagian Barat. Obyek wisata ini masih sangat alami, bahkan untuk mencapai tempat ini kita harus melalui jalan tanah yang kurang baik. Kira-kira 1,5 kilometer dari jalan raya Trans Seram, kita harus menyusuri hutan dan menuju sebuah desa transmigran yang berpenduduk masyarakat suku Buton. Letak Air Putri berada di pinggir desa ini. Lama perjalanan dan kesulitan-kesulitan yang dilalui sekejap terbayarkan ketika sampai di Air Putri. Sesuai kisah legenda yang menyertainya, Air Putri adalah mata air yang berada tepat di pinggir pesisir pantai. Oleh karena itu, air tawar yang keluar dari mata air membentuk sebuah laguna dan bercampur dengan air laut yang asin dan hangat pada satu titik. Kondisi geografis Air Putri sangatlah unik, sebuah laguna yang terletak menjorok ke daratan dan membentuk sebuah sungai yang berakhir di lautan nan luas. Pantai, Laguna, Sungai, air asin, air tawar dan pepohonan yang teduh menjadi satu di wilayah Air Putri ini. Warga sekitar biasa memanfaatkan Air Putri sebagai tempat bersantai layaknya Sang Putri Ta Ina Luhu. Mereka biasanya mandi di laguna Air Putri dan berwisata di pantai yang berada di dekatnya. Bahkan dalam waktu-waktu liburan, tempat ini akan ramai dikunjungi warga dan kios-kios dagangan pun akan bermunculan. Air Putri memang belum banyak dikenal secara umum, tapi sudah menjadi tempat favorit bagi warga setempat untuk berekreasi. Kisah perjalanan sang Putri Ta Ina Luhu ini masih panjang dan setiap kejadian yang ia alami berikut tempatnya banyak menjadi nama tempat di Seram dan Ambon yang dikenal hingga kini. Kisah Putri Ta Ina Luhu ini menjadi sebuah cerita rakyat Maluku yang dikenal sebagai kisah Nenek Luhu. Bahkan, keberadaan Nenek Luhu saat ini menjadi cerita mistik dimana Sang Nenek yang merupakan penjelmaan Putri Ta Ina Luhu akan muncul ketika hujan lebat dan mulai meculik anak-anak yang berada di luar rumah. Pesan moral dari kisah Ta Ina Luhu atau Nenek Luhu ini adalah kemandirian yang dimiliki sang putri dan pesan bagi anak-anak agar tidak keluar rumah saat hujan lebat. [Phosphone/IndonesiaKaya] Artikel Terkait
kisah legenda terjadinya air putri