CeramahKH Marzuki Mustamar Terbaru 2019 di Bojonegoro ini dokumentasi kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Ngulanan Dander Bojonegoro beberapa hari set JatimNewsroom- KH Anwar Mansur dan KH Marzuki Mustamar resmi menahkodai Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim periode 2018 - 2023, setelah terpilih sebagai sebagai Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziyah pada Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jatim di Ponpes Lirboyo Kediri.. Tiga calon ketua tanfidziyah yang diajukan yakni KH Abdul Hakim Mahfud mendapatkan 11 suara, KH Marzuki Mustamar KetuaPWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar tidak akan mengintervensi pemilihan ketua PW Ansor dalam Konferensi Wilayah (Konferwil) GP Ansor Jatim 2019. Kamis, 28 Juli 2022 Cari KetuaPengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuqi Mustamar dalam sambutannya di acara silaturrachmi kebangsaan, mengaku, mendengar ada kelompok dari kubu Prabowo-Sandi Uno, yang mau merapat ke pihak Jokowi-Ma'ruf dan siap mendukung pemerintahan baru 2019 - 2024. Surabaya LiputanIslam.com- Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim), KH Marzuki Mustamar menyatakan bahwa tawasul bukanlah suatu perbuatan syirik. Karena tawasul merupakan bentuk doa meminta kepada Allah, bukan meminta kepada selain Allah SWT. "Tawasul adalah berdoa kepada Allah, dengan perantara kekasih Allah atau wali Allah dengan menyebut karamahnya Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar tengah saat memaparkan makna Harlah ke-96 bagi Nahdlatul Ulama. Foto Yuana Fatwalloh/kumparanKetua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar saat baiat NU Ustadz Hanan Attaki di Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Malang, Kamis 11/05/2023. Foto Moch Miftachur Rizki/NUUstaz Hanan Attaki, populer di kalangan anak muda. Foto Instagram/Hanan_AttakiProfil KH Marzuqi MustamarUstaz Hanan Attaki makan sepiring bersama KH. Marzuqi Mustamar, ulama NU di Jawa Timur. Foto Instagram/Hanan_AttakiKetua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar kanan. Foto Yuana Fatwalloh/kumparanMendirikan pesantrenUstaz Hanan Attaki menimba ilmu dari KH. Marzuqi Mustamar, ulama NU di Jawa Timur. Foto Instagram/Hanan_AttakiBerikut adalah sejumlah jabatan MarzukiKarya TulisKesan Hanan Attaki Penampilan beliau sederhana dan apa adanya. Beliau tidak pernah neko-neko. Karena begitu sederhananya, kadang orang tidak mengira bahwa beliau adalah seorang kyai. Di balik kesederhanaan beliau tersimpan lautan ilmu yang begitu luas. Kiprah beliau di masyarakat sudah tidak diragukan lagi. Gaya bicara beliau yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri khas beliau. Lahir KH Marzuqi Mustamar lahir di Blitar tanggal 22 September 1966. Sungguh beruntung Kyai Marzuqi karena dilahirkan dalam keluarga yang taat beribadah sekaligus mengerti agama. Ya, abahnya adalah seorang kyai. Alhasil, sejak kecil Kyai Marzuqi dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua beliau dengan disiplin ilmu yang tinggi. Di bawah pengawasan orang tua beliau inilah putra dari Kyai Mustamar dan Nyai Siti Jainab ini mulai belajar Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama. Keluarga Pada tahun 1994, KH Marzuqi Mustamar memulai hidup baru. Beliau mempersunting salah seorang santriwati Pondok Nurul Huda yang bernama Saidah. Sang istri merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang berasal dari Lamongan. Kyai Marzuqi sangat bersyukur sekali sebab gadis yang menjadi pendamping hidup beliau adalah seorang hafidzoh hafal Al-qur’an. Istri Hj. Saidah Putra-Putri Nur Ahmad Nabila Shofiya Izzal Maula 5.Izza Nadila Rahmania Roisah Kamila Pendidikan Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin. Pendidikan Dini Saat duduk di kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah sampai sebelum belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara ini mulai belajar ilmu nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih kepada Kyai Ridwan dan Kyai-Kyai lain di Blitar. Sejak SMP, beliau diminta mengajar Al-Qur’an dan kitab-kitab kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau. Pada usia yang masih belia tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab Mutammimah pada saat beliau kelas 3 SMP. Selepas dari SMP Hasanuddin, beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri Tlogo Blitar. KH Marzuqi Mustamar muda merupakan pemuda yang beruntung sebab di usia beliau yang masih belia itu, beliau sudah mendalami ilmu agama ke beberapa orang kyai di Blitar. Di antaranya, beliau mendalami ilmu balaghoh dan ilmu mantek kepada Kyai Hamzah. Mendalami ilmu fikih kepada Kyai Abdul Mudjib dan ngaji Ilmu Hadits kapada Kyai Hasbullah Ridwan. Ketika beliau duduk di bangku Aliyah, beliau sudah khatam kitab Hadits Muslim dan kitab-kitab kecil lainnnya. Sebelum beliau belajar di Malang, selama di Blitar yang mengajar beliau adalah Orangtua beliau, Kyai Hasbullah Ridwan yang masih eyang beliau, Kyai Hamzah dan Kyai Mujib adalah guru beliau di MAN Tlogo. Setamat dari MAN Tlogo pada tahun 1985, kyai kelahiran 22 September 1966 ini melanjutkan jenjang pendidikan formalnya di IAIN sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang waktu itu masih merupakan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk menambah ilmu agama yang sudah beliau dapat, Kyai yang juga Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini nyantri kepada KH A Masduqi Machfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono. Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Kyai Marzuqi yang di atas rata-rata santrinya yang lain, akhirnya Kyai Masduki memberi amanah kepada Kyai Marzuki untuk membantu mengajar di pesantrennya, meskipun saat itu Kyai Marzuki masih berusia 19 tahun. “Saat itu saya diminta untuk mengajar kitab Fathul Qorib bab buyuu’ jual-beli,” Kenang kyai yang juga Dosen Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini. Berguru pada KH Masduqi Mahfudz Selain itu, KH Marzuqi Mustamar juga beruntung, karena beliau seringkali diminta untuk mendampingi dakwah KH A Masduqi Machfudz saat mengisi pengajian maupun dalam rapat-rapat organisasi kemasyarakatan. Dari sinilah Kyai marzuki mulai mengetahui betapa beratnya tugas seorang ulama dalam mengayomi umat. Dari gurunya yang juga Rois Syuriah NU Wilayah Jawa Timur itu, Kyai Marzuqi belajar akan keistikomahan menjadi seorang guru. Kyai Masduki Mahfudz itu meskipun pulang malam hari dari mengisi pengajian, beliau selalu membangunkan para santrinya untuk mengaji,” ungkap Kyai Marzuqi. Salah satu kelebihan beliau, saat masih duduk di bangku kuliah, Kyai Marzuqi sudah biasa memberikan kursus nahwu kepada mahasiswa yuniornya. Namun, ternyata, banyak juga mahasiswa yang tidak hanya belajar nahwu, namun juga mengaji kitab kepadanya. Dengan begini, keilmuan beliau semakin terasah. Kemudian pada tahun 1987 Kyai berputra tujuh ini mendapatkan kesempatan belajar di LIPIA Jakarta. Setelah menempuh dua tahun masa studinya di sana, Kyai Marzuqi kembali ke Malang untuk membantu mengajar di pesantren Nurul Huda, Mergosono dan melanjutkan kuliah S-1. Ringkasan Pendidikan 1. TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar tahun 1972 2. MI. Miftahul Ulum, Tahun 1979 3. SMP Hasanuddin, Tahun 1982 4. MAN Tlogo, Tahun 1985 5. PP. Nurul Huda, Mergosono 6. LIPIA Jakarta, Tahun 1988 7. S-1 IAIN Malang, Tahun 1990 8. S-2 UNISLA, Tahun 2004 Jasa dan Karya Beliau Selang satu bulan setelah menikah, KH Marzuqi Mustamar bersama istri mencoba mengadu nasib dan hidup mandiri. Saat itu Kyai Marzuqi memilih daerah Gasek, Kecamatan Sukun sebagai tempat jujugan beliau. Pada mulanya, beliau mencari rumah kontrakan yang dekat dengan masjid. Dan akhirnya, beliau ngontrak di rumah salah seorang warga yang bernama pak Har. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, Kyai Marzuqi akhirnya menempati tempat yang baru. Pada saat beliau boyongan, tak lupa santri-santri Pondok Nurul Huda ikut mengantarkan Kyai Marzuqi boyongan ke tempat barunya dan membantu usung-usung barang-barang dan kitab-kitab guru mereka. Tanpa diduga sebelumnya, pada hari pertama beliau menempati rumah itu, ternyata sudah banyak santri yang datang mengaji kepada beliau. Di rumah yang sederhana itulah Kyai Marzuqi mengajar para santri beliau. Mereka yang waktu itu belajar merupakan cikal bakal santri dan pesantren beliau yang kini menjadi benteng utama umat di wilayah Gasek. Karena santrinya semakin bertambah banyak maka rumah beliau tidak memadai sebagai tempat belajar mereka. Namun, alhamdulillah, Allah SWT memberikan jalan. Waktu itu di daerah Gasek sudah ada Yayasan Sabilurrosyad yang sudah memiliki lahan luas. Namun, setelah beberapa tahun didirikan Yayasan ini belum bisa berkiprah secara optimal. Akhirnya Kyai Marzuqi bekerjasama dengan Yayasan Sabilurrosyad mendirikkan sebuah pesantren dengan Nama Sabilurrosyad. Aktivitas Selain sibuk membimbing para santri, kyai yang pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam Malang ini juga disibukkan dengan urusan ummat. Tiada hari tanpa memberikan pengajian atau mauidzhoh kepada umat. Mulai mengisi pengajian dari masjid ke masjid, blusukan keliling kampung dan lain sebagainya. Saat ini, KH Marzuqi Mustamar juga aktif di berbagai organisasi keagamaan di antara sebagai Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang dan anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang. Kedalaman ilmunya sangat dirasakan oleh umat. Sebagai contoh beliau menyusun sebuah kitab, tentang dasar-dasar atau dalil-dalil amaliyah yang dilakukan oleh warga nahdhiyyin. Melalui kitab ini, Kyai Marzuki ingin membuka mata umat bahwa amalan mereka ada dasar hukumnya, sekaligus menjawab tuduhan-tuduhan orang-orang yang tidak setuju dengan sebagian amaliyah warga Nahdhiyyin. Saking hebat dan lugasnya beliau menerangkan itu semua, sampai-sampai Kyai Baidhowi, Ketua MUI Kota Malang memberi julukan “Hujjatu NU”. “Kalau Imam al-Ghozali dikenal sebagai Hujjatul Islam, maka Kyai Marzuki ini Hujjatu NU” Demikian pernyataan Kyai Baidhowi dalam beberapa kesempatan. Meski kegiatan beliau sangat padat, namun, Kyai yang juga penasehat FKUB ini tetap berusaha untuk menjadi orangtua yang baik. Beliau begitu dekat dan akrab dengan anak-anak beliau yang masih kecil-kecil itu. Tak jarang pula, beliau ikut mengantarkan atau menjemput putra putri beliau sekolah. Dari hasil pernikahan dengan Bu Nyai Saidah, Kyai marzuqi dikaruniai tujuh orang putra. Dua laki-laki dan lima perempuan. Semua putra putrinya disekolahkan di SD Sabilillah Blimbing. Kecerdasan Kyai Marzuqi sepertinya menurun kepada putra-putrinya, terbukti dengan nilai mereka yang seringkali mendapat nilai sempurna termasuk pelajaran eksakta. Bahkan beberapa waktu yang lalu putri beliau menjadi juara Olimpiade Matematika di Yogyakarta dan kini sekolah di SMP Internasional PASIAD milik negera Turki. Jabatan 1. Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang 2 periode 2. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad 3. Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang 4. Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 5. Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab 6. Imam dan khotib, pemateri pengajian tetap Masjid Agung Jami’ Malang 7. Imam dan khotib, pemateri pengajian tetap masjid Sabililillah Malang dan banyak masjid besar lainnya Karya Beliau Pada tahun 2010 ada satu karya dari tulisan beliau yang monumental yang kini sudah puluhan kali cetak ulang dan disampaikan di hampir ke seluruh penjuru nusantara, yaitu Al-Muqtathafat li ahl al-Bidayat. Buku ini berisi sanggahan kepada beberapa kelompok terutama salafi wahabi yang suka membid’ahkan amaliah kaum Nahdliyyin, dikutip dari dalil-dalil Al-Quran, As-Sunnah dan kaidah Ushul Fiqh. Buku ini masih diperuntukkan untuk kalangan terbatas karena masih berbahasa Arab, yakni para pecinta ilmu, kalangan santri dan pengurus NU. Harapan beliau buku tersebut bisa disampaikan kepada orang lain, manakala sudah dibacakan dan diijazahkan oleh pengarangnya langsung. Post Views 767 Jakarta - Keputusan penceramah muda, Ustadz Hanan Attaki untuk baiat NU cukup menyedot perhatian publik. Baiat tersebut dilakukan di Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Malang, Jawa Timur, Kamis 11/5/2023. Baiat dilakukan oleh KH Marzuki Mustamar, pimpinan pondok pesantren yang juga Ketua Tanfidziah NU Jawa Timur. Janji Hanan Attaki Usai Resmi Jadi Nahdliyin, Baiat NU di Hadapan KH Marzuki Mustamar Benarkah Keturunan Nabi Pasti Selamat di Hari Kiamat karena Nasabnya? Perang Hamra’ul Asad, Kemenangan Gemilang Muslim Mencegah Kehancuran Madinah Usai Pertempuran Uhud Ada yang menarik usai baiat NU tersebut. Hanan Attaki menyebut Kiai Marzuki sebagai mursyid atau guru. Kiai Marzuki berdakwah secara lemah lembut, sebagaimana diajarkan para ulama Ahlussunnah wal Jamaah Aswaja yang sudah bertahan 100 tahun lebih. Bagi warga Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar bukan orang asing. Namanya sudah kondang alias populer. Namun, di kancah lebih luas, namanya mungkin masih belum seterkenal pimpinan pesantren atau penceramah NU lainnya. Misalnya, KH Bahauddin Nursalim Gus Baha, KH Mustofa Bisri Gus Mus, maupun kiai-kiai NU populer lainnya. Untuk mengetahui, profil KH Marzuki Mustamar mari simak perjalanan hidupnya. Simak Video Pilihan IniLibatkan Barongsai, Banser Cilacap Tolak Yerusalem Ibu Kota IsraelBiografi KH Marzuki MustamarKH Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jawa Timur. Foto laman KH Marzuki Mustamar lahir di Blitar pada 22 September 1966 silam. Ia adalah putra dari KH Mustamar dan Nyai Siti Zainab. Kiai Marzuki dibesarkan di lingkungan yang kental ilmu agama. Saat Madrasah Ibtidaiyah, ia telah mendalami ilmu nahwu, shorrof, tasawuf, dan fiqih kepada Kiai Hasbulloh Ridlwan serta para kiai-kiai di Blitar. Kiai Marzuki muda, sambil belajar ia juga mengajar warga sekitar. “Lalu, sewaktu kelas 3 Madrasah Tsanawiyah, Kiai Marzuki telah mampu menghatamkan kitab Mutammimah,” demikian keterangan dalam tulisan salah satu santrinya, yaitu Febi Akbar Rizki dikutip dari laman NU, Jumat 12/5/2023. Menginjak Madrasah Aliyah, Kiai Marzuki pun belajar ilmu manthiq dan ilmu balaghah kepada Kiai Hamzah. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Malang ini juga menghatamkan kitab Shahih Muslim kepada Kiai Ridlwan. Selanjutnya, ia meneruskan pendidikan ke Universitas Islam Negeri Malang jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Kiai Marzuki tinggal di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono, yang kala itu diasuh oleh KH Mashduqi Mahfudz. Sementara pendidikan S2 ditempuh di Universitas Islam Lamongan Unisla. “Selain mengaji, aktivitas Kiai Marzuki di Pondok Mergosono juga mengabdi dan mengajar para santri,” kata Febi Akbar Rizki dalam tulisannya. Salah satu santri yang pernah menimba ilmu kepada Kiai Marzuki ialah Nyai Sa’idatul Mustaghfiroh, yang kini menjadi istrinya. Dari pernikahannya itu, ia dikaruniai dua putra dan lima putri. Yakni, Habib Nur Ahmad, Diana Nabila, Millah Shofiya, M Izzal Maula, Izza Nadila, Rossa Rahmania, serta Dina Roisah Kamila. Selepas menikah, Kiai Marzuki bersama Nyai Sa’idatul Mustaghfiroh tinggal di Dusun Gasek Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Kiai Marzuki meneruskan dakwah dan perjuangan guru-gurunya dengan mendirikan pondok pesantren untuk membentengi serta menyiarkan agama Islam Ahlussunnah wal Jamaah Ahlussunnah dari MalangKH Marzuki Mustamar dengan Ustaz Abdul Somad. Foto Marzuki dikenal sebagai sosok Singa Pembela Ahlussunnah dari Malang. Hal itu lantaran perjuangan dalam menjaga akidah dan menyiarkan agama Islam benar-benar getol dilakukan. Di organisasi Nahdlatul Ulama, Kiai Marzuki pernah diamanahi sebagai Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama PCNU Kota Malang selama dua priode. Ia juga pernah menjabat Wakil Rais PWNU Jatim. Hingga, akhirnya terpilih mengemban amanah Ketua PWNU Jatim masa khidmat 2018-2023. Tak hanya berdakwah, Kiai Marzuki juga menulis kitab, yakni Al-Muqtathofat li Ahlil Bidayah. Kitab tersebut berisi tentang hujjah atau dalil-dalil dasar amaliyah Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah. Ada juga buku berjudul Solusi Hukum Islam, Mutiara Hadits, Syarah Hadits-Hadits Pilihan Menggali Kemuliaan dari Kitab Mukhtarul Hadits, dan Khutbah Jumat 7 Menit. Pada tahun 2020, Kiai Marzuki dinobatkan sebagai peraih Man of The Year Jatim 2020 dari Anugerah TIMES Indonesia. Selain itu, ia juga mendapat kehormatan sebagai Duta Perdamaian Internasional dari Vision of Peace Awards Indonesia VPAI, Demien Dematra 2020. Baru-baru ini, Kiai Marzuki sukses meraih gelar doktor predikat 'Dengan Pujian' dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam Multikultural di Universitas Islam Malang Unisma. Disertasinya berjudul 'Pemikiran Prof Dr KH Muhammad Tholchah Hasan dalam Pengembangan Pendidikan Islam Multikultural. Tim Rembulan* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

kh marzuki mustamar terbaru 2019